Kakek Anies Baswedan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

:


Oleh G. Suranto, Kamis, 8 November 2018 | 18:42 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 795


Jakarta, InfoPublik – Abdur Rahman Baswedan, kakek dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara, Kamis (8/11).

“Kebetulan saya pribadi tumbuh besar bersama dengan kakek satu rumah di Jogja. Karena kalau zaman dulu, anak-cucu satu rumah semuanya," kata Anies di Balaikota  Jakarta. 

Disebutkan, AR Baswedan  merupakan  sosok  Kakek  yang  menginspirasinya  melalui  kisah  perjuangannya  dalam  memperoleh pengakuan  kemerdekaan.  AR  Baswedan  dikenal  sebagai  salah  seorang  diplomat  yang  dikirimkan  Indonesia  ke  negara  Mesir  untuk  mendapatkan  pengakuan kemerdekaan.

Selain  itu,  AR  Baswedan  dikenal  sebagai  seorang  nasionalis,  jurnalis,  pejuang     kemerdekaan  Indonesia,  diplomat,  muballigh,  dan  juga  sastrawan  Indonesia.  Ia     memiliki karier lama di dunia jurnalistik. Ia pernah menjadi Redaktur Harian Sin Tit  Po di Surabaya (1932). Lalu, menjabat sebagai Redaktur Harian Soeara Oemoem di Surabaya yang dipimpin dr. Soetomo (1933).

Setelah  itu,  Ia  pernah  menjabat  sebagai  Redaktur  Harian  Matahari,  Semarang     (1934),  Penerbit  dan  Pemimpin  Redaksi  Majalah  internal  PAI,  Aliran  Baroe  (1935-    1939),  Penerbit  dan  Pemimpin  Majalah  Nusaputradi  Yogyakarta  (1950-an),  Pembantu  Harian  Mercusuar,  Yogyakarta  (1973),  dan  Penasihat  Redaksi  Harian Masa Kini, Yogyakarta (70-an).

Anies  kemudian  mengenang  dirinya  dulu  setiap  hari  ke  kantor  pos bersama  kakeknya  tersebut.  Sebagai  wartawan  hingga  akhir  hayat,  AR  Baswedan selalu membawa kamera dan recorder setiap hari, sehingga terdapat ratusan koleksi rekaman semua  pembicaraan  dengan  siapapun.  "Semua  (bahan  beritanya)  pasti harus bermutu. Tiap hari beliau kirim surat, saya jadi juru tulisnya, yang ditulis saya sudah tidak ingat. Tapi, beliau selalu kalau habis mendikte di ujung surat itu, selalu bilang surat ini saya diktekan dan diketik oleh cucu saya, Anies," jelasnya. 

Anies mengaku bangga sekali ketika turut serta dalam mengirimkan surat dengan menggunakan mesin ketik saat itu. Namun, Anies baru menyadari  kemudian  bahwa  sang  kakek  AR  Baswedan  berusaha  memberitahu  penerima  suratnya jika terdapat salah ketik, itu bukan diketik dirinya, melainkan oleh cucunya. “Karena Beliau itu kalau ketik 10 jari, pandangan lihat ke atas. Ini seseorang yang memang  terlibat  menulis  sehari-hari.  Jadi,  saya  merasa  bersyukur  sekali  bahwa tumbuh besar berinteraksi sampai dengan SMA kelas 2,” cerita Anies.

Kemudian, Anies menjelaskan kisah  perjuangan  kakeknya  tersebut menjelang kemerdekaan. AR Baswedan pernah menjadi salah satu anggota BPUPKI  yang  bersidang  di  Gedung  Pancasila.  Kemudian,  Soekarno  mengangkat  A.R. Baswedan  sebagai  Menteri  Muda  Penerangan  pada  tahun  1947.  "Salah satu peran yang sering disebut adalah AR Baswedan salah satu anggota misi diplomatik untuk mendapatkan  pengakuan  de  jure  dan  de  facto  dari  Mesir  saat  masa  perang mempertahankan kemerdekaan," ungkap Anies.

Sebelum  wafat  pada  usia  78  tahun  (Maret  1986),  A.R.  Baswedan  sempat     menyelesaikan  autobiografinya  'Beberapa  Catatan  tentang  Sumpah Pemuda   Indonesia  Keturunan  Arab  (1974)'  di  Jakarta.  "Ini  adalah  tanggung  jawab  kita   meneruskan  apa  yang  sudah  beliau  perjuangkan.  Kita  lihat  kegiatannya.  Kita  sampaikan  apresiasi  terima  kasih  kepada  pemerintah  atas  penganugerahan  gelar  pahlawan nasional kepada AR Baswedan," ungkapnya.