Kemenristekdikti Kembangkan Program Pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 19 Oktober 2018 | 16:05 WIB - Redaktur: Juli - 313


Jakarta, InfoPublik – Untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan pemula (Startup) di Indonesia Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenrsitekdikti) telah mengembangkan program pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi. Program yang terkonsentrasi pada pertumbuhan startup berbasis teknologi ini sudah dilaksanakan sejak 2015.

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan, perusahaan pemula berbasis teknologi ini merupakan rintisan yang sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia di dalam rangka mendukung ekonomi nasional, karena pembangunan ekonomi sangat bertumpu pada bagaimana usaha-usaha itu dikembangkan, baik usaha besar, menengah maupun usaha kecil.

“Kalau kita lihat, jumlah pengusaha kita masih rendah, kalau dibandingkan dengan negara-negara maju atau negara Asean, terutama yang skala kecil dan menengah,” kata Jumain dalam acara Coffee Morning di Jakarta, Jumat (19/10) dalam rangka penyelenggaraan Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E).

Disebutkan,  pengusaha yang berskala besar, perkembangannya sangat pesat,  bahkan orang selalu mengungkapkan menguasai satu persen dari kegiatan ekonomi nasional, tapi yang kecil masih rendah kontribusinya kepada negara, kira-kira baru sekitar dua hingga lima persen dari seluruh kegiatan ekonomi negara.

“Di lain pihak, kita tahu bahwa jumlah penduduk yang cukup besar ini, kalau tadi dihitung satu persen perkembangannya sudah pesat, maka  99 persen yang kita dorong menjadi wirausaha-wirausaha, atau bagaimana mendorong para pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) ini agar tumbuh menjadi pengusaha pengusaha, sehingga perekonomian kita menjadi kuat,” terangnya.

Seperti diketahui, perekonomian di dominasi oleh pengusaha yang besar yang notabene sebagian besar teknologi dan sumber daya manusia (SDM) nya dari luar. “Kalau terjadi kegoncangan, misalnya krisis, biasanya mengalami goncangan yang cukup besar, karena pengalaman di 1998, krisis ekonomi, masyakarat UMKM ini bisa bertahan, karena memanfaatkan sumber daya alam, dan kemampuan yang ada di masyarakat sendiri,” paparnya.

Menurutnya, dengan pengalaman tersebut, maka harus mendorong IKM berbasis pada sumber daya alam, karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup besar. “Tentunya tidak hanya meminta kepada masyarakat untuk melaksanakan, tapi kita harus berpihak, memberikan fasilitas dan insentif, terutama bagaimana mendorong usaha yang memanfaatkan teknologi, khususnya teknologi tepat guna,” katanya.

Ia menambahkan, sampai 2018 ini pendanaan dan pembinaan telah diberikan kepada 956  startup dan calon startup. Setiap startup diberikan insentif Rp250 juta hingga Rp500 juta.

“Startup  dan calon startup tersebut berasal dari mahasiswa, masyarakat umum, dan juga peneliti atau dosen. Keberagaman produk dari startup tersebut meliputi bidang pangan, kesehatan dan obat, transportasi, energi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pertahanan keamanan, material maju, dan bahan baku,” tuturnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Ditjen Penguatan Inovasi selama empat tahun, program tersebut berjalan, hampir sekitar 33 persen startup yang mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti fokus pada bidang pangan, dan 23 persen bidang TIK.

Sebanyak 956 startup tersebut harus terus mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari pemerintah. Untuk itu salah satu langkah yang dilakukan oleh Ditjen Penguatan Inovasi dengan menyelenggarakan kegiatan Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E).

“I3E ini bertujuan untuk mempromosikan produk-produk inovasi teknologi hasil karya anak bangsa kepada masyarakat luas,” ungkapya.