Akademisi Beri Saran RUU Pengawasan Obat dan Makanan

:


Oleh Tri Antoro, Senin, 24 September 2018 | 21:35 WIB - Redaktur: Juli - 439


Jakarta, InfoPublik - Komisi IX DPR RI mengundang akademisi di bidang medis dan obat-obatan untuk memberikan saran pada Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengawasan Obat Dan Makanan (Waspom) yang akan segera dibahas pada masa sidang ini.

Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf menilai, saran dari pakar terkait pengawasan obat dan makanan menjadi hal yang penting dalam menertibkan potensi penyimpangan yang rawan terjadi. Apalagi seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat membuat pengawasan obat dan makanan menjadi semakin sulit, karena transaksi menggunakan media siber dan sosial.

"Semua produk ada di online sehingga BPOM sulit melakukan pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan," ujar Dede Yusuf di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (24/9).

Menurut dia, adanya masukan dari ahli tentu akan berdampak positif bagi pengawasan obat dan makanan yang saat ini belum maksimal. "Melalui saran ini, bisa mendorong pihak-pihak lain yang dapat dilibatkan untuk memaksimalkan pengawasan," kata Dede.

Perlunya bantuan dari pihak lainnya, lanjutnya, karena BPOM kekurangan sumber daya manusia setiap melakukan pengawasan. "Pegawai BPOM hanya ada dua ribuan yang tugasnya mengawasi, ini tentu kurang," katanya.

Menanggapi hal di atas, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Iwan Dwiprahasto mengatakan, pengawasan obat dan makanan perlu dilakukan secara maksimal oleh pemerintah demi menjamin perlindungan kesehatan masyarakat.

"Bila tidak, dikhawatirkan orang yang mengonsumsi obat dan makanan tanpa pengawasan ketat dapat terpapar zat berbahaya yang membahayakan jiwa," katanya.

Dwiprahasto menjelaskan, kedua hal di atas sangat vital dalam menunjang kehidupan masyarakat, keberadaannya merupakan salah satu komoditas utama yang diperlukan masyarakat. Maka dari itu lanjutnya, penting pengawasan karena tidak semua obat dan makanan yang ada cocok dengan kondisi masyarakat suatu negara.

"Belum tentu obat bagi orang Indonesia sesuai dengan obat untuk orang Eropa," katanya.