KKHI Awasi Jemaah Haji dengan Penyakit Jantung

:


Oleh Putri, Selasa, 14 Agustus 2018 | 17:49 WIB - Redaktur: Juli - 356


Jakarta, InfoPublik - Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Nirwan Satria, Sp.An menyatakan bahwa penyebab tertinggi kematian jemaah haji diakibatkan oleh penyakit jantung.

Maka dokter spesialis jantung (Sp.JP) KKHI Mekkah bersama Tim Promotif Preventif (TPP) melakukan edukasi kepada jemaah berisiko tinggi (Risti) penyakit jantung ke pondokan-pondokan agar tetap sehat jelang Armina.

Menurut keterangan resmi yang diterima InfoPublik Selasa (14/8) sampai dengan hari ke-27 (12/8) tercatat sebanyak 58 jemaah haji meninggal dengan penyebab terbanyak adalah penyakit jantung, yaitu mencapai 33 kasus atau 56,89 persen.

“Kita tentu tidak ingin jumlahnya bertambah terus. Oleh karenanya jemaah yang sudah memiliki risiko tinggi dan dibekali obat dari Indonesia, harus tetap minum obatnya,” kata dr. Nirwan.

Hal senada disampaikan dr. Meity Ardiana, Sp.JP(K), yang bertugas di KKHI Makkah. Ia mengatakan penyakit jantung tidak bisa sembuh karena itu adalah penyakit kronis dan yang penting adalah kondisinya stabil. Contohnya pasien hipertensi, tidak sembuh tapi bisa terkontrol dengan obat.

Menurut dr. Meity, kita dapat mencegah memburuknya kondisi pasien penyakit jantung dengan menghilangkan pencetusnya. Ia menganjurkan, sebelum ke masjid jemaah harus memastikan bahwa perutnya sudah terisi.

“Bagi jemaah dengan penyakit jantung, jangan pernah keluar tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) dan jangan tanpa pendamping. Jemaah haji ke sini (Makkah) tujuannya adalah untuk ibadah dan jemaah dengan penyakit jantung tetap bisa ibadah namun tidak seperti jemaah yang sehat,” kata dr. Meity.

Untuk membedakan antara jemaah Risti dengan yang tidak Risti, ditandai dengan gelang berwarna orange atau buku KKJH berwarna orange. Bagi jemaah yang pakai gelang berwarna tersebut, harus memeriksakan diri ke dokter kloter dua hari sekali.

Apabila kondisinya sedang tidak nyaman dapat memeriksakan diri ke dokter kapan saja. Kepada jemaah haji yang sudah dirawat di KKHI dan kembali ke pondokan, dr. Meity menganjurkan agar pasien selalu minum obat yang sudah diberikan dan batasi akivitas fisik.

“Saran ini tentu dikomunikasikan ke dokter kloter yang menjemput atau ke pendamping yang selama ini menemaninya. Jadi semata-mata untuk melakukan pengawasan agar pasien tidak jatuh ke perburukan kembali,” kata dr. Meity.