Relawan Vaksin Terpapar, Ah Itu Wajar

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 20 Januari 2021 | 09:05 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 476


Jakarta, InfoPublik - Kabar mengejutkan datang dari Bandung, dua hari lalu. Kabar itu langsung menjadi pembicaraan di media. Kabar itu menyebut, ada 25 relawan uji klinis III vaksin Sinovac yang dilakukan di Universitas Padjajaran Bandung terpapar virus Covid-19.

Ketua Tim Riset Vaksin Covid-19 Prof Kusnandi Rusmil langsung angkat bicara. Ia membenarkan ada relawan yang terpapar. Kata dia, dari 25 relawan itu, 18 relawan menerima suntikkan plasebo (cairan netral alias bukan vaksin) saat proses uji vaksin. Sementara tujuh orang mendapat vaksin.

Kusnandi memastikan ketujuh relawan itu terpapar bukan karena vaksinnya melainkan tertular dari luar. Setelah divaksin, relawan itu memang diperbolehkan beraktivitas seperti biasanya sehingga sangat mungkin mereka terpapar dari luar.

Adanya relawan yang terpapar itu wajar karena itu diperlukan dalam penelitian untuk menentukan nilai efikasi. Sebab, vaksin belum terbukti mampu mencegah virus masuk ke tubuh manusia. Namun, ketika virus masuk, maka antibodi manusia bisa melawan karena sebelumnya sudah dilatih mengenali dan memerangi virus itu dari suntikan vaksin.

"Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya," kata Kusnandi beberapa hari lalu.

Vaksin yang digunakan saat uji coba adalah vaksin yang terbuat dari virus yang sudah dimatikan. Saat vaksin dimasukkan ke tubuh manusia, zat ini akan merangsang sistem kekebalan tubuh, sehingga risiko penularan penyakit tersebut bisa dikurangi.

Virus yang sudah mati itu tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi tubuh. Sebaliknya, virus mati dimasukkan ke dalam tubuh untuk membangun antibodi.

Dengan membangun antibodi, tubuh menjadi kebal atau memiliki risiko yang rendah terserang penyakit tertentu.

Menghitung Efikasi
Menurut ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo, metode yang dilakukan oleh uji vaksin Sinovac di Bandung sudah benar. Uji vaksin itu untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari vaksin Covid-19.

"Memang relawan tidak dilarang untuk berinteraksi, kalau dilarang bagaimana kita tahu efikasi vaksin?" ujar dia.

Tim uji vaksin juga telah melakukan penghitungan efikasi vaksin Sinovac. Setelah melakukan penghitungan, kata Kusnandi, efikasi vaksin Sinovac itu mencapai 65 persen.

Uji klinis di Bandung melibatkan 1.600 orang. Dari jumlah itu, 800 subjek menerima vaksin dan 800 subyek yang mendapatkan placebo (vaksin kosong berisi cairan garam).

Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Zullies Ikawati, mereka yang terinfeksi Covid-19 menjadi faktor penting perhitungan efikasi vaksin.

Perhitungan ini mencari berapa efektif gejala Covid-19 parah dicegah pada mereka yang disuntik vaksin. Hasilnya nanti dibandingkan dengan relawan yang mendapat suntik plasebo dan terinfeksi Covid-19.

Ia pun menjelaskan mekanisme penghitungan efikasi yang dilakukan oleh tim uji klinis Unpad. Dari kelompok yang divaksin terdapat 26 orang yang terinfeksi (3.25 persen), sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang yang terinfeksi (9.4 persen).

Untuk mencari tahu efikasinya, metode adalah adalah (0.094 - 0.0325)/0.094 x 100 persen = 65.3 persen.

"Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak," ujar dia.

(Vaksinator memindahkan vaksin COVID-19 Sinovac ke dalam alat penyuntik sebelum disuntikkan ke tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan di Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (19/1/2021). ANTARA FOTO/Rony Muharrman/wsj.)