Berkejaran dengan Pandemi Covid-19

:


Oleh Kristantyo Wisnubroto, Minggu, 22 Maret 2020 | 21:45 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 831


Jakarta, InfoPublik - Pergerakan virus SARS-CoV-2 yang memicu penyakit Covid-19 tidak bisa lagi disekat dengan cara-cara biasa. Perlu intervensi luar biasa dari semua pihak dan disiplin menjaga diri dari masyarakat agar wabah tidak semakin meluas.

Virus ini sudah merenggut begitu banyak nyawa. Sampai Minggu sore (22/03/2020), jumlah penderita positif Covid-19 di Tanah Air sudah mencapai 514 orang, sembuh 29 dan meninggal 48. Paling banyak pasien positif di Jakarta dan Jawa Barat. Sejak ada dua orang pertama terdeteksi positif virus corona pada 2 Maret lalu lonjakan terbesar terjadi dalam enam hari terakhir dari 117, 227, 309, 369, 450 dan 514.

Kok bisa? Jumlah penduduk yang mencapai sekitar 270 juta jiwa, plus wilayah kepulauan terbuka dari Sabang-Merauke, Sangihe Talaud hingga Pulau Rote, menjadi alasan  potensi terjangkit pandemi virus sangat besar. Penyakit infeksi menular zoonosis memang betah di bumi Nusantara sejak dulu kala.

Mengutip analisis dr Dicky Budiman, epidemiolog dari Centre for Enviromental and Population Health Griffith University, Australia, tren kecepatan pertumbuhan Covid-19 di Indonesia mencapai 1,35 perhari.

Apabila tidak ada intervensi kesehatan yang luar biasa, masyarakat tidak mematuhi larangan mendekat dan berkumpul (social distance), ogah mengisolasi diri, maka dengan kecepatan pertumbuhan perhari 1,35 pada Selasa 24 Maret kasus Covid-19 di Indonesia akan menembus 1.000 kasus.

Kurva tersebut bisa terus merangkak naik pada Jumat 27 Maret menembus 2.000 dan Sabtu 28 Maret menembus 3.000 kasus dan Minggu 29 Maret menembus 4.000 kasus serta Senin 30 Maret melewati 5.000 kasus. Mengkhawatirkan memang, tapi risiko yang harus dihadapi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dr Achmad Yurianto sudah menyatakan pemerintah sudah mengkaji populasi yang berisiko terinfeksi virus tersebut. "Population at risk yang sudah dihitung oleh pemerintah mencapai sekitar 600 ribu hingga 700 ribu orang," jelas Yurianto, Jumat (22/03/2020).

Angka populasi yang berisiko tersebut, selanjutnya akan dilacak oleh pemerintah berdasarkan kriteria yakni pernah kontak langsung dengan pasien Covid-19, memiliki riwayat pergi ke luar negeri, dan pernah mendatangi tempat yang terindikasi kuat terinfeksi virus ini.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo mengambil langkah strategis seperti halnya dilakukan oleh Korea Selatan dan Singapura. Uji massal tes cepat (rapid test) Covid-19. di Negeri Gingseng ratusan ribu orang dicek secara paralel sehingga mampu menurunkan angka kematian dan banyak orang terkonfirmasi positif Covid-19 bisa cepat dirawat. Tingkat kesembuhan pun meningkat. Obat penyembuh Covid-19 juga segera disiapkan dalam jumlah besar.

Mengacu pada perkiraan risiko populasi terkena wabah corona ini, membuat pemerintah menyiapkan sedikitnya satu juta alat tes cepat Covid-19.

Orang yang dites melalui alat tersebut, harus memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sehingga, pemerintah bisa langsung mencegah penyebaran virus itu secara efektif.

Dengan upaya tersebut, kata Achmad Yurianto, pemerintah berharap dapat memotong siklus penyebaran Covid-19 di dalam negeri lebih cepat. Sedini mungkin melakukan pencegahan kepada orang yang terindikasi kuat terinfeksi Covid-19, untuk kemudian dapat ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi masyarakat yang terinfeksi.

Bila seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19 keadaanya masih dalam tahapan ringan, maka bisa melakukan isolasi mandiri dengan di dampingi oleh petugas medis. Bagi yang tahapannya sudah parah maka akan dibawa ke rumah sakit rujukan pemerintah untuk mendapatkan perawatan secara intensif.

"Mencegah membludaknya RS rujukan, isolasi mandiri bisa dilakukan dengan didampingi petugas medis yang datang setiap waktu," imbuh Jubir Pemerintah Penanganan Covid-19.

Pada Jumat (20/03/2020), Kemenkes sudah melakukan rapid test di wilayah Jakarta Selatan. Wilayah itu sudah tergolong "zona merah". Sampai dengan Jumat sore sudah 480 orang menjalani rapid test. Selanjutnya rapid test akan dilakukan menyeluruh di wilayah Indonesia. Sambil menunggu suplai tambahan alat tes cepat dari negara sahabat dan filantropi dunia seperti Jack Ma, Kemenkes sudah menyiapkan 2.000 unit.

Tes cepat atau rapid test bertujuan untuk mencari secepat dan sebanyak mungkin penderita positif Covid-19 untuk dilakukan isolasi atau pengobatan agar orang tersebut tidak menulari orang lain.

Rapid test dilakukan kepada orang yang sudah kontak dekat dengan penderita positif Covid-19 (suspect) atau orang yang sudah mempunyai gejala sakit Covid-19 sesuai rekomendasi dokter untuk mengikuti tes cepat. Kementerian Ksehatan sudah mempunyai daftar orang yang harus menjalani tes cepat, petugas akan mendatangi dan kemudian melakukan tes cepat dengan biaya gratis.

Orang yang tidak memenuhi kriteria kontak dekat atau mempunyai gejala sakit Covid-19, atau ingin melakukan tes atas inisiatif sendiri, diharapkan untuk menghubungi RS swasta atau RS lain yang melayani tes cepat. Untuk kasus seperti ini biaya ditanggung oleh masing-masing peserta.

Pekerjaan mendeteksi jumlah kasus Covid-19 masih panjang. Diperkirakan puncak wabah di Indonesia terjadi pada April atau awal Mei 2020. Melakukan tes cepat massal memudahkan identifikasi populasi dan wilayah sebaran. Sistem pelacakan kontak dengan orang positif dan terduga Covid-19 juga sudah memakai aplikasi teknologi informasi. Penelusuran dengan model ini lebih memudahkan kerja tim surveilans pemerintah. Tentunya, data mengenai Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) semakin hari akan semakin berkembang jumlahnya.

Adapun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai Koordinator Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Kemenkes serta beberapa pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota sudah membuka data sebaran wabah di situs khusus penanganan Covid-19. Data tersebut diharapkan sebagai rujukan bersama pemerintah dan masyarakat dalam mengendalikan wabah ini.

 

Tambah Laboratorium

Sejauh ini baru 2.409 orang yang dicek spesimennya semenjak 30 Desember 2019 sampai sekarang, sebanyak 1.895 dinyatakan negatif. Sampel spesimen orang terduga Covid-19 tersebut berasal dari 28 provinsi.

Kementerian Kesehatan merespons dengan memperluas lokus laboratorium pemeriksa Covid-19 di Indonesia.

Ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK 01.07/MENKES/182/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 19 (Covid-19).

Melalui surat keputusan tersebut, pemerintah secara resmi menunjuk Balitbangkes sebagai Laboratorium Rujukan Nasional Penanganan Covid-19 serta 12 Laboratorium Pemeriksa Covid-19 beserta wilayah kerjanya.

Berikut adalah rinciannya :

1. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta dengan wilayah kerja di Maluku, Maluku Utara, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh.
2. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang dengan wilayah kerja di Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung.
3. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar dengan wilayah kerja di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
4. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya dengan wilayah kerja di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
5. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua dengan wilayah kerja di Papua dan Papua Barat.
6. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta dengan wilayah kerja di Riau, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Banten.
7. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya dengan wilayah kerja di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
8. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta dengan wilayah kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
9. Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta dengan wilayah kerja di DKI Jakarta.
10. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan wilayah kerja di DKI Jakarta
11. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan wilayah kerja di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia.
12. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan wilayah kerja di RSUD Dr. Sutomo dan RS Universitas Airlangga.

Proses pengujian spesimen di 12 laboratorium pemeriksa Covid-19 maupun di laboratorium rujukan nasional pemeriksaan Covid-19 tersebut gratis. Masyarakat tidak bisa melakukan tes mandiri kecuali sampel tersebut merupakan rujukan dari fasilitas layanan kesehatan atau rumah sakit.

Selain pemeriksaan di 12 laboratorium tersebut, pemerintah juga menjalin kerja sama dengan tiga jaringan laboratorium swasta yakni laboratorium Siloam, Kalbe dan jejaring laboratorium Bunda Group.

Sementara itu, 10 ribu kit Polymerase Chain Reaction (PCR) sudah diterima pemerintah dan sebagian sudah disebarkan ke BBTKL dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL). Direncanakan jumlah ini akan terus ditambah untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan spesimen di Tanah Air.

Kemampuan Balitbangkes Kemenkes memeriksa spesimen terduga Covid-19 rata-rata 1.700 sampel perhari, sedangkan Lembaga Eijkman mencapai 160 sampel perhari.

 

Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

 

Mengubah Wisma Atlet Jadi RS Darurat

Di seluruh dunia, percepatan wabah penyakit selalu di atas kemampuan sistem kesehatan suatu negara. Jumlah pasien saling berkejaran dengan kapasitas fasilitas kesehatan. Indonesia selama puluhan tahun mengandalkan dua rumah sakit rujukan penyakit infeksi yakni RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso dan RS Persahabatan. Dua-duanya di Jakarta.

Begitu sampar virus corona makin meluas, mau tidak mau, rumah sakit umum milik pemerintah atau swasta merelakan ruangannya khusus hanya untuk pasien Covid-19. Selama ini, penyakit menular atau infeksi hanya ditempatkan di kamar isolasi khusus yang jumlahnya tidak sebanyak di RSPI Sulianti Saroso. Menempelkan pasien Covid-19 yang penularannya amat cepat ini serta menyerang daya imunitas seseorang, jelas meningkatkan risiko pasien penyakit lainnya. Termasuk bagi para dokter dan petugas medis rumah sakit. Membuat rumah sakit khusus atau fasilitas khusus untuk merawat pasien virus corona jauh lebih rasional.

Menyusul rumah sakit lapangan di Natuna, Kepulauan Riau yang sudah dipakai awal Februari lalu untuk karantina WNI dari Wuhan, Tiongkok, lalu Pulau Sebaru Kecil dan Pulau Galang di Batam, pemerintah kembali menyiapkan Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat sebagai rumah sakit darurat penanganan Covid-19.

Presiden Jokowi meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 serta jajaran TNI, Polri menyulap Wisma Atlet jadi RS kurang dari seminggu.

Hunian yang dibangun untuk kebutuhan Asian Games 2018 tersebut sedang dikebut untuk menampung sekitar 2.000 an pasien Covid-19.

"Kami mengerahkan tenaga kerja sekitar 700 orang lebih guna menyelesaikan pembangunan RS Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran sesuai arahan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kami telah menyiapkan 4 tower pada Wisma Atlet Kemayoran akan dijadikan RS Darurat Covid19," ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid, Sabtu (21/03/2020).

Khalawi menyatakan, Ditjen Perumahan akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya agar persiapan pemanfaatan Wisma Atlet Kemayoran untuk dijadikan Rumah Sakit Darurat Covid 19 dapat berjalan dengan baik di lapangan.

Berdasarkan site plan yang sudah dibuat Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, imbuhnya, setidaknya ada empat tower yang akan digunakan yakni tower 1,3,6 dan 7 di Blok D10 yang berada dekat RS Mitra Kemayoran.

Adapun rencana pemanfaatan tower yang ada yakni tower 1 adalah lantai 1 sampai dengan 24 untuk dokter dan tenaga medis. Pada tower 1 tersedia 650 unit ruangan yang dapat menampung sekitar 1.750 orang. Kemudian tower 3 mulai lantai 1 sampai dengan 24 difungsikan sebagai Posko Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Di tower ini tersedia 650 unit ruangan dan dapat menampung sekitar 1.750 orang.

Sedangkan tower 6 mulai lantai 1 sampai dengan 24 difungsikan sebagai rumah sakit darurat dan ruang rawat inap pasien. Pada tower ini tersedia 650 unit ruangan yang dapat menampung sekitar 1.750 pasien. Satu unit ruangan dapat menampung 3 orang pasien.

Sedangkan untuk tower 7 akan digunakan untuk beberapa fungsi antara lain lantai 1 untuk IGD, lantai 2 untuk ICU, lantai 3 untuk ruang pemulihan, lantai 4 hingga 24 untuk ruang rawat inap pasien. Di tower ini terdapat 886 unit dan dapat menampung 2.458 pasien.

Adapun pekerjaan perapian dan perbaikan tower semuanya dikerjakan oleh BUMN Konstruksi. Sebagian logistik seperti peralatan medis dan tim medis mulai masuk RS Darurat Covid-19 sejak Sabtu (21/03/2020). Mereka diharapkan pada Senin (23/03/2020) sudah dapat bertugas guna merawat pasien yang dikoordinasikan oleh Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto.

Wisma Atlet Kemayoran bukan satu-satunya RS Darurat, sejumlah tempat di Jakarta maupun daerah juga siap didedikasikan untuk perawatan pasien Covid-19, seperti fasilitas litbang, aula, wisma milik kementerian/lembaga/pemda serta sejumlah hotel milik swasta.

Memperbanyak tes cepat Covid-19, menambah fasilitas kesehatan, disiplin tidak berdekatan dan berkumpul, bekerja dan belajar di rumah, saling membantu dan menerapkan gaya hidup sehat adalah kunci agar tidak kalah dari wabah virus corona. (kes/setkab/bnpb/Foto: Persiapan RS Darurat di Wisma Atlet Kemayoran/ANTARA FOTO/Galih Pradipta)