Tiga Pesan Indonesia untuk PBB

:


Oleh Norvantry Bayu Akbar, Jumat, 25 September 2020 | 18:18 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K


Jakarta, InfoPublik - Selama dua pekan, sejak 21 September hingga 2 Oktober 2020, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menggelar Sidang Majelis Umum (SDM) dalam rangka memperingati 75 tahun berdirinya organisasi internasional tersebut.

Sejumlah kepala negara atau pemerintahan akan menyampaikan pidato dalam rangkaian agenda tahunan itu. Presiden RI Joko Widodo mendapatkan kesempatan pada sesi Debat Umum yang berlangsung Rabu (23/9/2020) kemarin.

Melalui video yang ditayangkan di ruang sidang Markas PBB di New York, Amerika Serikat, Kepala Negara menyampaikan keresahannya bahwa impian dunia yang damai, stabil, dan sejahtera sebagaimana maksud dan tujuan dibentuknya 75 tahun lalu PBB belum juga terwujud hingga saat ini.

Dulu, PBB dibentuk agar perang besar tidak terulang kembali karena tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

Faktanya, sampai saat ini konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan kelaparan masih terus dirasakan. Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional juga kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.

Bahkan, di saat seharusnya dunia bersatu padu melawan pandemi Covid-19, perpecahan dan rivalitas semakin menajam. Dampak pandemi memang sangat luar biasa dan tidak mengenal batas negara. Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka dikhawatirkan pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah, atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.

"Kita semua prihatin melihat situasi ini," tegas Presiden Joko Widodo.

Pesan untuk PBB

Melihat situasi dunia yang seperti itu, setidaknya ada tiga pesan utama Indonesia untuk PBB di usianya yang ke-75 tahun. Pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri serta melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi.

Salah satunya adalah dengan membuktikan bahwa multilateralisme sangat penting bagi terwujudnya dunia yang damai, stabil, dan sejahtera, terlebih pada saat terjadinya krisis seperti sekarang ini. PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global.

Tidak hanya PBB sendiri, Indonesia juga mendorong semua negara anggota bertanggung jawab untuk terus memperkuat PBB agar tetap relevan, semakin kontributif, dan sejalan dengan tantangan zaman.

"PBB bukanlah sekadar sebuah gedung di kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus. Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme. Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan," tutur Presiden.

Kedua adalah memperkuat kepemimpinan global. Wajar memang dalam hubungan antarnegara maupun hubungan internasional, masing-masing akan selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun jangan lupa, semua juga memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

"Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik," imbuh Presiden.

Terakhir, Kepala Negara berpesan bahwa kerja sama dalam penanganan pandemi Covid-19 harus diperkuat, baik dari sisi kesehatan maupun dampak sosial ekonominya. Menurutnya, vaksin akan menjadi game changer atau penentu dalam perang melawan virus ini.

Oleh karenanya, semua negara anggota PBB harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses yang setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau.

Itu untuk jangka pendeknya. Sementara untuk jangka panjang, Indonesia menyerukan agar tata kelola ketahanan kesehatan dunia juga harus lebih diperkuat. Sebab, ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia.

Sedangkan dari sisi ekonomi, Indonesia menyebut reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan rantai pasokan global yang ada saat ini. Tapi satu hal yang harus diingat, dalam seluruh proses aktivasi ekonomi tersebut tetap harus memprioritaskan kesehatan warga dunia.

"Dunia yang sehat, dunia yang produktif, harus menjadi prioritas kita. Semua itu dapat tercapai jika kita semua bekerja sama. Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama," tandas Presiden.

Apresiasi

Pidato Presiden Joko Widodo pada sesi Debat Umum SMU ke-75 PBB ini pun mendapat pujian dan apresiasi dari berbagai pihak. PBB sendiri misalnya, menampilkan pidato orang nomor satu di Indonesia itu di laman utama UN News.

Dalam laman tersebut, dari seluruh pidato yang disampaikan kepala negara atau pemerintahan pada hari pertama sesi Debat Umum, pidato Presiden Joko Widodo terpilih untuk ditampilkan di laman utama UN News dalam bahasa Inggris.

Sementara dari dalam negeri, pujian datang dari Senayan. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Azis Syamsuddin memuji pidato Presiden karena telah membangkitkan kembali semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non-Blok (GNB) yang menyadarkan akan pentingnya kesetaraan dalam hubungan internasional tanpa mengucilkan pihak mana pun.

Menurut dia, pidato tersebut dengan tegas menyuarakan perdamaian yang merupakan ciri khas identitas Indonesia yang sangat relavan untuk diingatkan kepada masyarakat dunia bahwa perdamaian dunia saat ini belum terwujud karena masih ada konflik yang terjadi di berbagai belahan di dunia.

Langkah Presiden untuk selalu mengingatkan dunia akan pentingnya perdamaian itu dinilainya sangat tepat. "Ini merupakan sebuah pesan moral yang sesuai dengan identitas dan kepentingan Indonesia. Konflik di berbagai belahan dunia harus dihentikan, terlebih pada masa pandemi saat ini," ujarnya.

Selain itu, Azis juga mengapresiasi pidato perdana Presiden Joko Widodo di SMU PBB tersebut yang menegaskan komitmen Indonesia dalam perdamaian dunia dan memainkan peran sebagai jembatan perdamaian.

Hal senada juga disampaikan Analis Politik Internasional dari lembaga Political and Public Policy Studies Jerry Massie yang mengatakan pidato Presiden fantastis meskipun hanya melalui video yang dikirim.

"Mulai dari introducing (pengenalan), content (isi), sampai conclusion (kesimpulan), pidato Presiden memberikan masukan agar bangsa-bangsa seluruh dunia saling membantu dalam mengatasi pandemi corona. Bahasa verbal dan nonverbal Presiden menggambarkan Indonesia tentunya terus berupaya mengatasi pandemi nonalam ini," katanya.

Jerry menilai penekanan-penekanan pesan yang disampaikan Presiden di forum internasional itu sudah baik dengan analogi yang rasional. Pidato tersebut, menurutnya, akan memberikan poin positif terhadap bangsa ini dan membuat Indonesia kian diperhitungkan di mata dunia.

"Ada pesan menarik dari presiden, yakni menyerukan akses yang setara terhadap vaksin virus corona. These all the things atau hal yang sangat baik diungkapkan ke forum PBB secara virtual. Jadi secara keseluruhan apa yang disampaikan secara adjustment sudah tepat," jelasnya. (Foto: ANTARA FOTO/HO/Kemenlu)