Perekonomian Indonesia Diprediksi Bakal Membaik di 2021

:


Oleh DT Waluyo, Senin, 25 Januari 2021 | 16:02 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 1K


Jakarta, InfoPublik - Memasuki Januari 2021, perekonomian Indonesia sudah menunjukkan kondisi membaik. Sejumlah indikator memperlihatkan angka-angka positif, setelah sebelumnya mendapat tekanan berat akibat pandemi virus SARS-CoV-2 (Covid-19). Pemerintah pun berkeyakinan kuat adanya arah pemulihan ekonomi yang lebih baik sejalan dengan proses vaksinasi yang telah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu.

Indikator membaiknya ekonomi, sebagaimana disitir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya, di antaranya adalah; konsumsi listrik, inflasi yang mulai positif, dan indeks mobilitas masyarakat. Selain itu, faktor belanja barang dan belanja bantuan sosial (bansos) yang melonjak tinggi ikut mengoptimalkan performa indikator-indikator ekonomi.

Data yang dilansir Wakil Menkeu Suahasil Nazara, terkait kucuran dana perlindungan sosial (perlinsos), menguatkan sinyalemen Menkeu. Menurut Wamenkeu, kucuran dana perlindungan sosial pada program pemulihan ekonomi nasional (PEN) berhasil menekan tingkat kemiskinan. “Studi Kemenkeu, perlindungan sosial menekan laju kemiskinan ke angka 8,99 persen dari yang seharusnya menjadi 10,96 persen karena pandemi,” jelasnya.

Pemerintah memiliki target penyaluran dana perlinsos memang 40 persen kalangan masyarakat terbawah. Yakni, mereka yang terdaftar menjadi keluarga penerima manfaat (KPM) dari sejumlah program bantuan sosial (bansos) pemerintah. Kucuran dana tersebut bertujuan untuk membangkitkan kembali daya beli dan menekan laju peningkatan kemiskinan.

Mengacu hasil positif tersebut, pemerintah menetapkan alokasi anggaran untuk program perlinsos dalam APBN 2021 sebesar Rp 408,8 triliun. Anggaran tersebut dibagi untuk lima program; PKH, kartu prakerja, program kartu sembako, bansos tunai, dan BLT dana desa.

Dari sisi belanja pemerintah pusat, sepanjang 2020 tumbuh hampir 20 persen. “Kita melihat ada tanda-tanda pemulihan meskipun kecepatan dan kekuatannya bervariasi,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam berbagai kesempatan.

Perekonomian yang membaik itu juga ditandai dengan angka ekspor impor  yang membukukan surplus perdagangan sebesar USD 2,61 miliar (November 2020). Berbeda dengan surplus di bulan-bulan sebelumnya, Data Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan surplus kali ini terjadi karena kinerja ekspor mengalami kenaikan, baik secara bulanan (month to month/mtm) maupun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year).

Harus disampaikan, kata Kepala BPS Suhariyanto pada Selasa (15/12/2020), surplus ini menggembirakan karena ini terjadi karena ada kenaikan ekspor yang meningkat baik month to month maupun year on year, sementara impor juga meningkat secara month to month meski secara year on year masih menurun. Membaiknya kinerja ekspor itu didorong oleh peningkatan impor nonmigas dan permintaan eksternal, serta harga komoditas yang semakin baik.

Pada saat yang sama Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur juga ‘menghijau’. PMI tercatat 50,6 atau naik hampir tiga poin dibanding capaian pada Oktober yang tercatat 47,8. PMI berada di atas peringkat 50 menandakan sektor manufaktur dalam tahap ekspansif.

Sebelumnya, ekonomi Indonesia tersendat  pada kuartal II 2020. BPS kala itu mencatat ekonomi domestik minus 5,32 persen pada periode tersebut. Kemudian, ekonomi kembali minus sebesar 3,49 persen pada kuartal III 2020. Realisasi ini membuat Indonesia resmi masuk ke jurang resesi akibat covid-19.

Berbeda dengan kondisi di 2020, di tahun 2021 Menkeu memproyeksikan ekonomi Indonesia ada pada trek yang meningkat. Pada Maret-April 2021 diproyeksikan tumbuh berkisar 4,5 persen-5,5 persen. Begitu pula pada Mei-Juni 2021, ekonomi diprediksi bertahan di level 4,5 persen-5,5 persen. Hingga pada September-Oktober 2021, ekonomi akan tembus 5 persen pada. Selanjutnya menetap di level 5 persen pada Desember 2021.

Dukungan ekonomi Global

Membaiknya ekonomi Indonesia sebagaimana disebut di atas, tidak lepas dari kinerja ekonomi global yang memang membaik. Sebagaimana disebut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Desember 2020: "Kinerja perekonomian global terus menunjukkan perbaikan, dan diprakirakan akan meningkat lebih tinggi pada 2021." awak pers di Jakarta, pada pertengahan Desember 2020.

Perbaikan ekonomi dunia ini dipicu peningkatan mobilitas yang terjadi di berbagai negara. Selain itu, dampak stimulus kebijakan yang berlanjut juga ikut berkontibusi. Terutama stimulus yang ada di Amerika Serikat (AS) dan China, juga kawasan Eropa. Keyakinan masyarakat akan kemampuan global mengatasi pandemi, akan meningkatkan perkembangan ekonomi global dan diperkirakan terus berlanjut dengan tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun 2021, setelah berkontraksi 3,8 persen di 2020.

Keyakinan Indonesia akan membaiknya perekonomian tersebut dikonfirmasi Bank Dunia. Dalam rilis tanggal 17 Desember 2020, lembaga keuangan dunia itu juga memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh positif 4,4 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yakni 4,7 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn menjelaskan, koreksi ini mencerminkan pemulihan yang lebih lambat dari perkirakan untuk kuartal III dan sebagian kuartal keempat akibat pembatasan sosial dan meningkatnya kasus covid-19.

“Proyeksi kami untuk 2020 sudah diestimasikan ada sedikit resesi, tapi ada perubahan pada 2021 yaitu tumbuh 4,4 persen untuk PDB riil dan 5,5 persen untuk government budget balance,” katanya dalam Indonesia Economy Prospects, pada Kamis 17 Desember 2020.

Meski demikian, Bank Dunia mencatatkan ekonomi Indonesia 2021 akan membaik dan perlahan menguat pada 2022. Hal ini didasarkan pada pembukaan ekonomi tahun depan yang diikuti pembukaan lebih lanjut serta dilonggarkannya aturan pembatasan sosial sepanjang 2022. (Foto: Ekspor Indonesia 2020/BPS)