Bergerak Perlahan Tapi Terus Membaik

:


Oleh Endang Kamajaya Saputra, Rabu, 30 September 2020 | 15:50 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 703


Jakarta, InfoPublik - Optimis. Begitulah keyakinan yang ditunjukkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, terkait kondisi perekonomian Indonesia membaik meski bergerak perlahan.

Perry menunjuk beberapa indikator ekonomi yang menunjukan pemulihan seperti Purchasing Managers Index (PMI) serta ekspor non migas sepanjang Kuartal III, sebagai dasar pijakan keyakinannya. "Ada perbaikan dari Purchasing Managers Index kemudian juga ada perbaikan dari sisi kinerja ekspor nonmigas," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI secara virtual, Senin (28/9/2020).

Sehingga kondisi perekonomian sepanjang Kuartal III akan jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi Kuartal II yang dimana pada periode tersebut ekonomi ambles 5,32 persen. Pemerintah kata dia akan terus memberikan stimulus keuangan bagi sektor ekonomi dari pagebluk Covid-19.

Pihak Bank Indonesia memproyeksikan sejumlah sektor ekonomi akan membaik secara perlahan di tengah masa pandemi tahun ini. Adapun, sektor tersebut antara lain pertanian, pertambangan, dan transportasi. Meski Perry Warjiyo tak menampik kredit pada pertengahan kuartal ketiga tahun ini masih tumbuh lemah, yakni 1,04 persen secara tahunan.

Namun, sektor pertanian, pertambangan, dan transportasi mulai menunjukkan geliat ekonomi yang baik, sehingga dapat mendorong pelaku industri perbankan yang memiliki likuiditas longgar untuk kembali menjalankan fungsi intermediasinya.

Lagi pula, perbankan saat ini sudah melakukan restrukturisasi yang cukup besar sehingga membuat pelaku usaha sudah memiliki ruang yang cukup untuk kembali melanjutkan sekaligus optimalisasi operasionalnya.

Pemerintah pun terus mendorong penyaluran kredit secara agresif dengan menempatkan dana dan peningkatan subsidi bunga kredit melalui perbankan.

"Kami pun akan melanjutkan kebijakan moneter longgar dan kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit dan akselerasi pemulihan ekonomi," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan tumbuh negatif. Dari prediksi terbarunya, Sri Mulyani mengatakan hingga akhir September 2020 atau kuartal III pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh -2,9 persen hingga -1,0 persen.

"Forecast terbaru kita pada September -2,9 persen hingga -1,0 persen ini artinya negatif teritori kemungkinan pada kuartal III," kata Sri Mulyani dalam konfrensi pers APBN Kita melalui video teleconference di Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Alasan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mematok angka tersebut karena pemulihan ekonomi pada kuartal tersebut masih jauh dari harapan. 

Semisal tentang konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh negatif, meski pertumbuhannya lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya.

Kedua, konsumsi pemerintah di kuartal III-2020 naik tajam seiring percepatan realisasi belanja pemerintah. Ketiga, investasi sedikit lebih baik, tapi masih lemah tercermin dari indikator aktivitas bangunan, impor barang modal, dan penjualan kendaraan niaga.

Keempat, perdagangan internasional masih turun tajam, terutama perbaikan PMI mempengaruhi walau pun masih tumbuh negatif.

Kelima, aktivitas pariwisata masih rendah, menekan sektor transportasi, hotel dan restoran. Keenam, sektor pertanian, informasi dan komunikasi dan berbagai sektor jasa mampu tumbuh positif.

Sedangkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara berharap pada kuartal III 2020 ini ada perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional setelah di kuartal II 2020 lalu, ekonomi Indonesia tumbuh minus 5,32%.

Meski kemungkinan pertumbuhan ekonomi masih di level negatif, Suahasil menyebut setidaknya ada perbaikan di kuartal III 2020. 

"Kuartal II lalu, kita mengalami negatif. Hal ini merupakan dampak dari pandemi dan kita berharap kuartal ketiga ini kita kita mengalami perbaikan meskipun masih tetap di zona negatif, tapi zona negatif yang megecil. Ini harapan bersama," jelas Suahasil saat webinar Sinergi Pengawasan APIP-SPI-APH pada Selasa (29/9/3020).

Menurut Suahasil, pemerintah sudah memperkirakan yang akan terjadi pada perekonomian nasional, sejak pandemi mulai menggerogoti perekonomian China dan beberapa negara di Eropa pada awal pandemi muncul.

Oleh karena itu, belanja pemerintah baik dalam APBN dan APBD menjadi tulang punggung dari pertumbuhan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Pemerintah tetap meningkatkan belanja terutama untuk mengatasi dampak pandemi yang dirasakan masyarakat, meski imbasnya akan muncul defisit anggaran yang besar.

Keadaan tersebut memaksa pemerintah untuk menaikkan defisit lebih dari 3%. Padahal Indonesia dikenal sebagai negara dengan disiplin tinggi dalam menjaga defisit anggaran.

Pemerintah pun menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19), yang kini sudah menjadi Undang-Undang No 2 Tahun 2020 yang mengizinkan defisit anggaran lebih dari 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun, defisit lebih dari 3% hanya sampai tahun 2022.

Melihat upaya pemerintah termasuk BI dalam menjaga perekonomian Indonesia di masa pandemi maka pantaslah sikap optimistis terus digaungkan agar terus bergerak ke arah pemulihan meskipun pergerakannya lambat.*

Sumber Foto: Kemenkeu