Gaya Baru Wisata Musim Pagebluk

:


Oleh Endang Kamajaya Saputra, Rabu, 30 September 2020 | 12:44 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 643


Jakarta, InfoPublik – Tak bisa berkunjung ke lokasi wisata karena pandemi? Nikmati saja wisata virtual (daring) yang kini jadi tren di seluruh dunia. Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga gencar mempromosikannya. Pengunjung dapat menikmatinya melalui saluran media sosial maupun langsung mengklik websitenya.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rizki Handayani, mengatakan bahwa diperlukan langkah konkret untuk dapat menyelamatkan industri pariwisata akibat pandemi ataubpagebluk Covid-19 saat ini.

Dalam acara perayaan Hari Pariwisata Sedunia Tahun 2020 secara virtual, Minggu (27/9/2020), Rizki menyebut, salah satu langkah konkret adalah menyaksikan ajang Dieng Culture Festival (DCF). Tetapi kali ini berbeda dari sebelumnya, karena diadakan secara virtual. Tanpa harus datang ke tempat wisata secara langsung. Melalui wisata virtual, pengunjung tetap dapat menikmati keindahan objek wisata maupun aneka aktivitas lainnya.

Acara yang telah digelar pada 16-17 September 2020, dapat disaksikan melalui berbagai platform media sosial. Di antaranya, YouTube, Facebook, Instagram, dan Mice.id.

DCF merupakan acara tahunan khas Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, yang menampilkan berbagai kesenian dan budaya dengan inti acara pemotongan rambut gimbal anak-anak Dieng. Keunikan ritual ini ialah pemotongan rambut dilaksanakan atas permintaan anak dan harus memenuhi permintaan anak yang akan diruwat. 

Festival ini juga merupakan salah satu event wisata unggulan di Jawa Tengah dan masuk dalam daftar Top 100 National Calendar of Events 2020 Kemenparekraf RI. Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani.

Sementara itu Ketua Panitia DCF, Alif Fauzi mengatakan, konsep penyelenggaraan acara Dieng Culture Festival tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Yakni menyesuaikan standar operasional prosedur penanganan covid-19, dengan menyelenggarakannya secara virtual.

Alif menjelaskan, selain secara virtual, ada beberapa acara yang dihapuskan seperti kirab budaya, penerbangan lampion, kongkow budaya, dan kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya penyebaran Covid-19. 

"Dan malam acara jazz di atas awan juga disaksikan secara virtual. Ritual pemotongan rambut gimbalnya juga dilaksanakan secara virtual. Hanya mengundang 50 peserta VIP yang bisa nonton langsung ritual," tambah Alif.

Untuk menyiapkan SDM-nya, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan, pandemi Covid-19 menuntut SDM pariwisata untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dan bertransformasi ke arah digital, salah satunya dalam memandu wisata.

Pelatihan wisata virtual oleh Kemenparekraf sudah dilakukan sejak bulan Agustus  lalu. Juga dilakukan secara daring dan terbagi dalam dua tahap berdasarkan wilayah regional. Yaitu regional I (Sumatera dan Jawa) dan regional II (Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat).

Untuk tahap I, diberikan bagi pramuwisata dan pengelola desa wisata wilayah Regional II, dengan durasi waktu selama 10 hari untuk masing-masing Batch (4 Batch). Dalam pelatihan wisata virtual ini, pramuwisata dan pengelola desa wisata dibekali materi terkait teknik dasar memandu secara digital sampai dengan strategi pemasarannya.

Wisata virtual tour ini dianggap sebagai nilai positif yang dapat diambil dari dampak pandemi Covid-19, berupa tambahan sarana berwisata atau promosi destinasi wisata serta sebagai salah satu alternatif bidang pekerjaan.

“Wisata Virtual ini sifatnya bukan menggantikan wisatawan untuk berwisata secara langsung, akan tetapi sebagai bentuk diversifikasi dari produk atau sarana yang sudah ada, misalnya untuk mengenalkan dan memberikan gambaran awal bagi wisatawan tentang destinasi yang akan dikunjungi,” kata Wisnu.

Dalam pelatihan wisata virtual ini, Kemenparekraf bekerja sama dengan Atourin, yaitu perusahaan rintsan yang memiliki pengalaman dalam bidang travel planner, dan pelatihan virtual tour bagi para pramuwisata.

Selain itu, pelatihan ini juga melibatkan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), yang berperan sebagai narasumber dalam teknik bercerita (story telling).

Selama pelatihan ini, pramuwisata dan pengelola desa wisata akan dilatih dan dikenalkan dengan Platform Online Meeting, Google Maps, membuat Itinerary/Rute Wisata Virtual, teknik kepemanduan wisata virtual, dan strategi pemasaran virtual, serta diberikan simulasi cara pembuatan wisata virtual.

Wisnu berharap agar pramuwisata dan pengelola desa wisata dapat dilatih tentang pelayanan berkualitas (service excellence), cara menggali potensi (mulai dari bahan mentah, proses, produk jadi), penjelajahan, pengemasandan pemaparannya. Sehingga tercipta produk bagi wisatawan (to do, to see, to learn, to buy).

Pramuwisata dan pengelola desa wisata juga akan diberikan tugas membuat wisata virtual di destinasi wisatanya sendiri, namun tetap dengan didampingi fasilitator dari Atourin dan HPI.

Diharapkan, melalui pelatihan ini, selain dapat meningkatkan kompetensi dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi, khususnya dalam membuat virtual tour, juga menjadi solusi alternatif bagi pramuwisata dan pengelola desa wisata agar tetap dapat memiliki penghasilan dan bersaing di masa pandemi. *

Sumber Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.