Primadona Ekspor Selama Januari-April 2020

:


Oleh Endang Kamajaya Saputra, Rabu, 3 Juni 2020 | 11:35 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 557


Jakarta, InfoPublik - Di tengah pandemi virus corona yang mengganggu kinerja ekspor nasional, nilai eskpor pertanian justru mencatatkan kenaikan sebesar 12,66 persen (yoy) dengan nilai transaksi sebesar 0,28 miliar USD. 

Berdasarkan sektor yang ada, hanya ekspor pertanian saja yang mengalami kenaikan secara tahunan. "Kenaikan di sektor pertanian membuat total ekspor Indonesia secara kumulatif mencapai 53,95 miliar USD, atau naik sebesar 0,44 persen (yoy)," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, Jumat (15/05/2020).

Menurut Suhariyanto, sepanjang Januari-April lalu, ekspor hasil pertanian meningkat sebesar 15,15 persen. Ia menilai capaian ini lebih baik dari capaian tahun sebelumnya.

Adapun negara tujuan ekspor nonmigas pada April 2020 lalu di antaranya negara China sebesar USD 2,21 miliar, Amerika Serikat sebesar USD 1,29 miliar, dan Jepang sebesar USD 1,04 miliar. Ketiganya terakumulasi memberi kontribusi sebesar 39,24 persen."Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,04 miliar," katanya.

"Dengan memperhatikan pandemi Covid-19, performa ekspor ini masih lebih bagus dari ekspektasi. Ini tentunya sebuah signal positif dan mudah-mudahan ke depan performa ini bisa ditingkatkan lebih jauh," tambah dia dalam telekonferensi.

Di sisi lain, kenaikan juga terjadi pada upah buruh tani pada awal tahun ini. BPS mencatat, kenaikan upah buruh mencapai 0,12 persen dari Rp55.254 pada Maret 2020 menjadi Rp55.318 per hari pada April 2020.

Menurut Suhariyanto, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh inflasi di pedesaan pada April 2020 yakni sebesar 0,11 persen, sehingga upah rill cenderung stabil. "Upah buruh tani April bisa dibilang dalam keadaan stabil," katanya.

Suhariyanto menambahkan bahwa ekspor pertanian yang menjadi catatan di antaranya meliputi produk perkebunan dan pangan seperti sayuran dan buah-buahan. Namun demikian, ada juga kenaikan pada sektor lain seperti kimia dan perlengkapan elektrik.

Sektor pertanian mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap pelambatan pada semua aspek ekonomi.

Dibawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), ekspor produk pertanian justru menunjukkan kinerja yang terus membaik dan tercatat mengalami surplus.

Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa pada tahun 2019 saja, jumlah ekspor produk pertanian sekitar 43,26 juta ton dengan nilai Rp372,57 Triliun. Sementara jumlah impor produk pertanian pada tahun yang sama sebesar 30,10 juta ton dengan nilai Rp250,86 Triliun, sehingga ada surplus perdagangan sebesar Rp 121,71 Triliun dalam tahun itu.

“Bahkan selama Januari-April 2020, ekspor produk pertanian menunjukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Ketut di Jakarta, Rabu (27/05/2020).

Selama Januari-April 2020, Ketut menambahkan, nilai ekspor pertanian meningkat 16,9% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, dari Rp115,18 Triliun meningkat menjadi Rp134,63 Triliun. Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat signifikan, yaitu 32,96%, dari sebesar Rp 33,62 Triliun (Januari-April 2019) meningkat menjadi Rp 44,70 Triliun (Januari-April 2020)

“Tahun 2019, China adalah negara tujuan ekspor utama produk pertanian kita. Dari ekspor produk pertanian senilai USD26,31 Milyar (Rp 372,57 Triliun), sebanyak 15,93% diekspor ke China. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah India dengan pangsa pasar 11,24%; disusul Amerika 9,03%, Malaysia 5,05%; dan Pakistan 4,73%,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2019, menurutnya, Indonesia justru mengalami surplus perdagangan dengan China. “Nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China selama tahun 2019 sekitar Rp 55,07 Triliun dan nilai Impor Rp 28,68 Triliun, sehingga ada surplus Rp 26,39 Triliun. Pada tahun 2020 (selama Januari-Maret) Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan China sekitar Rp 2,41 Triliun,” jelasnya.

Ketut mengakui Indonesia masih mengimpor beberapa produk pertanian hortikultura, sayuran dan buah-buahan. Pada tahun 2019, impor produk hortikultura untuk kelompok sayuran terutama bawang putih yang mencapai USD547,01 juta, atau Rp7,75 Triliun, disusul kentang.

“Kebanyakan dalam bentuk kentang olahan sekitar USD124,89 juta atau setara Rp1,77 triliun dan bawang Bombay USD74,55 juta setara Rp 1,06 Triliun. Sementara impor untuk jenis sayuran bunga kol, brokoli dan kubis hanya USD7,84 juta (Rp 110,96 Milyar),” jelas Ketut.

Untuk produk buah-buahan, nilai impor selama 2019 menurut Ketut sebesar USD1,23 Milyar (Rp 17,38 Triliun). “Impor produk buah-buahan terbanyak adalah Anggur USD 385,16 juta, setara Rp 5,45 Triliun, disusul Apel sebesar USD 344,01 juta setara Rp 4,87 Triliun, Jeruk USD259,09 juta setara Rp 3,67 Triliun, dan Pir USD 236,35 juta atau setara Rp 3,35 Triliun,” ungkapnya.

Namun demikian Kementan yang dinahkodai oleh Mentan SYL, ke depan, menurutnya terus bekerja keras berupaya untuk meningkatkan ekspor produk pertanian.

“Ekspor akan terus ditingkatkan dan ada saat yang sama juga mengurangi impor melalui peningkatan produksi dalam negeri, agar melalui surplus perdagangan produk pertanian yang semakin meningkat diharapkan peran sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional semakin nyata,” pungkasnya.

Sementara itu, Kuntoro Boga Andri, kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, saat dihubungi mengatakan, ekspor pertanian yang masih dilakukan, utamanya komoditas selain 11 bahan pokok yang masih dibutuhkan pasar domestik.

"Ekspor ini tidak akan mengganggu ketersediaan pangan dan 11 kebutuhan pokok dalam negeri. Ekspor masih didominasi hasil perkebunan dan hortikuktura. Pemerintah terus jaga pangan pokok aman dan stok nasional cukup," tegas Kuntoro. 

Menurut Kuntoro, Mentan Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu bahkan melakukan ekspor serentak dari sembilan pintu pengeluaran ekspor di Indonesia secara virtual, untuk setidaknya 166 jenis komoditas ke 43 negara di dunia.

Kinerja ekspor yang masih baik ini, memberi harapan positif di tengah pandemi Covid-19. "Elektronik sertifikat karantina pertanian secara baik masih dapat masuk ke pelabuhan Belanda, meski pandemi masih berlangsung. Ini artinya permintaan pasar Eropa masih tinggi untuk produk kita," kata Kuntoro.

Sumber Foto: Kementan