G-20 Bersatu Hadapi Tragedi Kemanusiaan

:


Oleh Endang Kamajaya Saputra, Selasa, 31 Maret 2020 | 21:30 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 552


Jakarta, InfoPublik - Para pemimpin negara G-20 fokus menghadapi pandemi Covid-19 untuk menyelamatkan nyawa manusia sebanyak-banyaknya. Covid-19 tidak lagi hanya menjadi masalah kesehatan namun telah menjadi ancaman kemanusiaan, sosial, ekonomi dan keuangan dunia.

"Untuk menangani pandemi Covid-19 fokus para pemimpin G-20 adalah menyelamatkan nyawa manusia, bukan hanya terkait kesehatan tapi akan menjadi tragedi kemanusiaan, bagaimana semua negara di dunia mencoba mengurangi risiko penyebaran Covid-19, ini fokus utama," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/03/2020).

Menkeu Sri Mulyani menyampaikan hal tersebut seusai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengikuti KTT Luar Biasa G-20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor. KTT yang dimulai pukul 15.00 waktu Arab Saudi atau pukul 19.00 WIB, membahas upaya negara-negara anggota G-20 dalam penanganan Covid-19.

"Secara khusus Presiden Xi Jinping dari Tiongkok sebagai negara awal yang menghadapi COVID-19 ini menawarkan pengetahuan dan pengalaman Tiongkok dalam mengatasi Covid-19," ujar Sri Mulyani. Tawaran Tiongkok tersebut termasuk pemulihan rantai pasokan global untuk alat-alat kesehatan. Termasuk untuk pemulihan rantai produksi alat kesehatan karena banyak rantai pasokan di Tiongkok berhenti karena melakukan 'lockdown'.

Negara-negara yang tergabung dalam G-20 pun saat ini tengah berupaya untuk mengurangi risiko penyebaran dan pencegahan penyebaran virus Covd-19. Adapun dalam rangka menemukan vaksin pandemik, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Aliansi Vaksin Global (Gavi) serta seluruh negara di dalam pertemuan tersebut bakal mengalokasikan anggaran sebesar 4 miliar dollar AS untuk mempercepat proses riset dan penemuan antivirus Covid-19.

"Dengan anggaran sebesar 4 miliar dollar AS, yang bersama-sama dimobilisasi seluruh negara di dunia terutama G20 dalam rangka percepatan riset dan menemukan antivirus atau vaksin pandemik Covid-19 sedang dibahas bersama di level menteri keuangan dan anggota G20," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, negara-negara di dunia pun tengah fokus untuk memperlancar sekaligus meningkatkan pasokan alat-alat kesehatan. Pasalnya saat ini, hampir negara-negara di seluruh dunia mengalami kekurangan berbagai peralatan kesehatan mulai dari Alat Pelindung Diri (APD), test kit virus Covid-19 hingga ventilator (alat bantu pernafasan).

"Saat ini diupayakan oleh IMF dan Bank Dunia untuk melakukan dukungan sumber daya agar perusahaan yang bisa menghasilkan bisa mendapat prioritas sehingga pasokan alat kesehatan di seluruh dunia bisa ditingkatkan," ujar Menkeu.

"Salah satunya termasuk Indonesia yang memiliki kapasitas itu, untuk APD Indonesia memiliki kapasitas untuk memasoktermasuk hand sanitizer, dan yang lain," tambahnya.

Bantu Negara Berpendapatan Rendah Hadapi Resesi Global

Selanjutnya Menkeu Sri Mulyani mengatakan, anggota G-20 sepakat akan memberikan bantuan kepada negara- negara berpendapatan rendah yang mengalami kesulitan likuiditas dalam menghadapi resesi perekonomian global akibat pandemi virus Covid-19.

Ia mengatakan, IMF dan Bank Dunia tengah mengidentifikasi negara-negara berpendapatan rendah dengan tingkat utang tinggi untuk bisa merestrukturisasi kreditnya.

Menkeu juga menjelaskan, saat ini banyak negara yang mengalami tekanan nilai tukar karena investor yang kabur di tengah ketidakpastian pandemi virus Covid-19. Karenanya, negara berkembang dan berpendapatan rendah mengalami kesulitan likuiditas di pasar valasnya.

Untuk itu, IMF pun tengah mengalokasikan anggaran untuk negara-negara yang menghadapi kaburnya modal melalui skema direct swipe line. "Ini terobosan untuk mencegah negara-negara yang sebetulnya tidak mengalami masalah akan menghadapi risiko nilai tukar kurs maupun likuditas," jelas dia.

Sebagai informasi, fasilitas swap line merupakan salah satu fasilitas yang tersedia di IMF untuk mencegah krisis. Faslitas ini bersifat precautionary line, sehingga dapat diaktivasi atau ditarik sewaktu-waktu saat negara mengalami potensi krisis neraca pembayaran dan/atau potensi krisis likuiditas jangka pendek.

Menkeu pun mengatakan, Presiden Jokowi di dalam kesempatan tersebut sempat mengungkapkan seluruh instrumen kebijakan negara di dunia harus sinkron dan satu arah, baik dalam kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal dalam menghadapi resesi perekonomian.

Untuk kebijakan moneter misalnya, saat ini hampir seluruh bank sentral negara di dunia menganut rezim kebijakan suku bunga rendah. Selain itu, bank sentral juga telah memberikan dukungan likuiditas di pasar keuangan.

"Di bidang ekonomi, mengenai bagaimana berjuang menghadapi resesi global, Bapak Presiden mengatakan dibutuhkan seluruh instrumen kebijakan secara sinkron dan bersama-sama satu arah bagaimana seluruh dunia bekerja sama," ujar Menkeu.

Jamin Kelancaran Arus Barang dan Jasa

Selanjutnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto melaporkan  bahwa negara anggota G20 sepakat untuk menjamin kelancaran arus barang dan jasa, terutama pasokan obat-obatan vital selama pandemik virus Covid-19. Jaminan itu akan merupakan upaya bersama dalam memitigasi dampak Covid-19 terhadap kegiatan perdagangan internasional.

“Kesepakatan ini merupakan respons cepat dari G20 terhadap pandemi global Covid-19,” kata Mendag Agus dalam keterangan tertulisnya. Kesepakatan itu merupakan hasil Pertemuan Luar Biasa Tingkat Menteri Perdagangan negara anggota G20 tentang pandemi global Covid-19 yang dilakukan secara virtual, Senin (30/3/2020).

Pertemuan virtual para Mendag G20 tersebut digagas Arab Saudi sebagai Presidensi G20 tahun 2020. Ia melanjutkan, Indonesia siap berkontribusi melalui kolaborasi global guna menghadapi tantangan besar karena Covid-19.

Kesepakatan itu, imbuh Mendag, juga merupakan tindak lanjut dari mandat yang ditugaskan para pemimpin negara anggota G-20 pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) G-20. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengikuti KTT LB G20 terkait Covid-19 yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (26/3/2020).

Menurut Mendag Agus kerja sama global memang penting untuk menangani dampak ekonomi akibat Covid-19. Hal itu karena adanya keterkaitan dan kerentanan ekonomi global yang terjadi pada saat yang sama saat ini, sehingga perlu kepemimpinan G-20 dalam mengembalikan kepercayaan terhadap perekonomian global dan melanjutkan perdagangan internasional.

“Harus diakui wabah Covid-19 jadi tantangan global yang makin sulit ditangani secara individual. Tidak memiliki pilihan kecuali berkolaborasi secara global,” tegas Mendag Agus.

Mandat yang diberikan para pemimpin G-20 kepada para mendag adalah memastikan pasokan peralatan medis dan produk pertanian pokok, menjaga rantai pasokan global, serta menghindari disturpsi perdagangan.

Para Mendag juga ditugaskan untuk segera mengkaji dampak pandemi Covid-19 di bidang perdagangan. Tugas lain adalah menciptakan iklim perdagangan dan investasi yang bebas, adil, tidak diskriminatif, dapat diprediksi, dan stabil, serta terus membuka pasar.

Pemerintah Indonesia juga terus berupaya mengatasi dampak pandemi global itu melalui paket stimulus kebijakan fiskal dan non-fiskal.

Pada sektor perdagangan, upaya yang dilakukan adalah menyederhanakan dan mempercepat aktivitas ekspor impor, menghapus hambatan perdagangan yang tidak diperlukan dan meningkatkan efisiensi logistik nasional. Upaya tersebut sejalan dengan kesepakatan negara anggota G-20 karena memastikan kelancaran arus barang dan jasa lintas batas, terutama untuk pasokan medis dan produk pertanian.

Kemendag di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian berkomitmen meluncurkan paket stimulus berikutnya untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19,” pungkas Mendag Agus.

Sebagai catatan, KTT Luar Biasa G-20 ini digagas Arab Saudi selaku Ketua G20 tahun ini. Sebanyak 20 negara anggota G-20, 7 negara undangan, 9 organisasi internasional, dan 2 organisasi regional mengikuti KTT Luar Biasa G-20 ini.

Presiden Jokowi dalam KTT virtual tersebut mengajak para pemimpin negara G-20 untuk bersama-sama memenangkan dua peperangan yaitu melawan Covid-19 dan melawan pelemahan ekonomi dunia.

Para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan yang mengikuti KTT Luar Biasa G-20 ini adalah Presiden Joko Widodo, Presiden Argentina Alberto Fernández, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison, Presiden Brazil Jair Bolsonaro, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri India Narendra Modi, PM Italia Giuseppe Conte, PM Jepang Shinzō Abe, Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador, Presiden Rusia Vladimir Putin, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, PM Inggris Boris Johnson, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Uni Eropa Charles Michel.

 

Sumber Foto: Setkab