Menkominfo: Lebih Satu Abad Bangsa Indonesia Catatkan Sejarah Kemajemukan

:


Oleh Yudi Rahmat, Senin, 20 Mei 2019 | 09:52 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 801


Jakarta, InfoPublik - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan lebih satu abad Bangsa Indonesia menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

"Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, kita membuktikan mampu menjaga persatuan sampai detik ini. Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia," urai Menkominfo saat menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-111 di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jalan Merdeka Barat 9 Jakarta, Senin (20/5/2019).

Apalagi, lanjutnya, peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini dilangsungkan dalam suasana Ramadan. Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun untuk mengejar pahala dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah SWT seperti permusuhan dan kebencian, apalagi penyebaran kebohongan dan fitnah. Hingga pada akhirnya, pada ujung bulan Ramadan nanti, kita bisa seperti Mahapatih Gadjah Mada, mengakhiri puasa dengan hati dan lingkungan yang bersih berkat hubungan yang kembali fitri dengan saudara-saudara di sekitar kita.

Dengan semua harapan tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema "Bangkit Untuk Bersatu". Kita bangkit untuk kembali menjalin persatuan dan kesatuan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.

Menkominfo juga mengatakan Indonesia memberikan pandangan bahwa jika nilai-nilai Pancasila tersebut diperas ke dalam tiga sila, bahkan satu “sila” tunggal, maka yang menjadi intinya inti, core of the core, adalah gotong-royong.

Menurut Bung Karno: "Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan yang tulen, yaitu perkataan gotong royong. Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!” Yel-yel “holopis-kuntul baris” adalah aba-aba nenek moyang kita di tanah Jawa, digunakan sebagai paduan suara untuk memberi semangat ketika mengerjakan tugas berat yang hanya bisa dikerjakan secara bergotong-royong, bersama-sama.

"Yel-yel ini disorakkan ketika kita membutuhkan gerak yang seirama, agar tujuan kita satu semata, bagaikan barisan burung bangau yang sedang terbang berbaris di angkasa. Bukan hanya di tanah Jawa, semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai ungkapan tentang kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia," kata Rudiantara.

Sebagaimana diserukan oleh Presiden Joko Widodo pada pidato di Depan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2018 lalu, dari tanah Minang kita diimbau dengan petuah ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’ . Kita juga diwarisi pepatah Sunda yang berbunyi 'Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. Dari Bumi Anging Mamiri, kita bersama-sama belajar ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. Dari Bumi Gora, kita diminta: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Dari Banua Banjar kita bersama-sama menjunjung ‘Waja sampai kaputing’. Semua menganjurkan bekerja secara gotong-royong.

Menurutnya, meski kita gali dari kearifan nenek-moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad,
namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta. Sampai kapan pun semangat ini akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan berbagai perubahan.

Dengan bertumpu pada kekuatan jumlah sumber daya manusia dan populasi pasar, Indonesia diproyeksikan akan segera menjemput harkat dan martabat baru dalam aras ekonomi dunia. Bersama negara-negara besar lainnya seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi sepuluh besar, bahkan lima besar dunia, dalam 10 sampai 30 tahun mendatang. Kuncinya terletak pada hasrat kita untuk tetap menjaga momentum dan iklim yang tenang untuk bekerja. Kita harus jaga agar suasana selalu kondusif penuh harmoni dan persatuan.

"Akhir kata, saya haturkan selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang keseratus sebelas, seraya mengajak agar kita semua sebagai sesama anak bangsa secara sadar memaknai peringatan kali ini dengan memperbarui semangat gotong-royong dan kolaborasi, sebagai warisan kearifan lokal yang akan membawa kita menuju kejayaan di pentas global. INDONESIA BANGKIT! INDONESIA BERSATU!"