WHO Bersama Dinkes SBD Gelar Pertemuan Koordinasi Filariasis

:


Oleh MC KAB SUMBA BARAT DAYA, Selasa, 12 Januari 2021 | 10:39 WIB - Redaktur: Tobari - 651


Tambolaka, Infopublik – Filariasis limfatik atau kaki gajah merupakan salah satu penyakit tropis terabaikan. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria, ditularkan ke manusia melalui nyamuk dan menyebar ke seluruh Indonesia.

Filariasis dapat menimbulkan kecacatan menetap, Disabilitas terkait penyakit dapat menyebabkan stigma sosial, hambatan psikologis dan menurunkan produktivitas pasien dan keluarganya.

Selain itu Filariasis berdampak pada menurunnya kualitas SDM dan menimbulkan kerugian ekonomi.

Menyikapi hal tersebut, LKP Wijaya Kusuma Kupang bekerja sama dengan WHO dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) gelar pertemuan koordinasi, sosialisasi dan advokasi Pemerintah Daerah, lintas sektor, lintas program serta petugas kesehatan dan kader untuk dukungan teknis.

Serta monitoring evaluasi implementasi LF-MDA POPM Filariasis pemberian tiga jenis obat masal Invermectin, Diethylcarbamazine dan Albendazole (IDA) di aula hotel Sinar Tambolaka, Senin (11/1/2021).

Kegitan yang dibuka dengan resmi oleh Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete yang dihadiri oleh oleh Team Leader LKP Wijaya Kusuma Dr. drg. Dominikus Minggu, M. Kes, Sekretaris Dinas Kesehatan Yuliana Dapawando, S.Sos, Kepala Bappelitbangda SBD Samuel Boro, ST dan seluruh peserta yang hadir.

Bupati Kornelius Kodi Mete saat membuka kegiatan mengatakan pertemuan kali ini untuk secara bersama-sama menentukan langkah atau cara dalam mengangani masalah filariasis di SBD.

“Pemda SBD sangat mendukung  dengan adanya upaya-upaya untuk menyehatkan masyarakat sesuai dengan program desa sehat,” ungkapnya.

Bupati Kornelius juga menekankan untuk mewujudkan program kesehatan saat ini ada tenaga sarjana yang menjadi pelopor desa, di antaranya ada 2 atau 3 orang yang berasal dari sarjana kesehatan.

Sebelumnya  Team Leader LKP Wijaya Kusuma Dr. drg. Dominikus Minggu, M. Kes, dalam sambutannya mengatakan sesuai dengan program global WHO untuk memberantas penyakit pada tahun 2020, negara-negara yang mengalami masalah LF (Limphatic Filariasis), termasuk Indonesia, harus melakukan upaya sistematis dan terintegrasi untuk mencapai eliminasi secara global target.

Ada dua strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu: menghentikan rantai penularan dengan pemberian obat Preventive Chemotherapry (PC) untuk semua populasi di daerah endemis dengan menggunakan sebuah kombinasi Diethylcarbamazine (DEC).

Dan Albendazole setahun sekali selama minimal 5 tahun berturut-turut serta upaya pencegahan dan pembatasan disabilitas melalui Manajemen Morbiditas dan Pencegahan Cacat (MMDP).

Pada tahun 2020, IDA akan diperkenalkan di 3 kabupaten di Indonesia yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya (Propinsi Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Mamuju (Provinsi Sulawesi Barat), dan Kota Pekalongan (Provinsi Jawa Tengah).

Untuk memastikan tinggi kualitas MDA, diperlukan dukungan otoritas kesehatan di tingkat kabupaten dan mendapatkan komitmen dari pembuat kebijakan dalam mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mengimplementasikan LF-MDA menggunakan rejimen IDA.

Program eliminasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan cara menurunkan angka disabilitas dan meningkatkan produktivitas serta sekaligus mengurangi kerugian ekonomi akibat penyakit.

"Inisiasi program global untuk eliminasi filariasis yang terintegrasi dengan eliminasi cacing melalui pemberian massal obat pencegahan telah terbukti menjadi pendekatan yang paling hemat biaya dibandingkan pendekatan lain seperti pengendalian vector,” tuturnya.

Dipantau oleh media ini pertemuan koordinasi yang dilakukan secara offline dan virtual meeting ini dihadiri oleh pejabat lintas sektoral dan lintas program di SBD, camat, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Serta Kepala Seksi Pengendalian  Penyakit di  Dinkes SBD, dan kepala Puskesmas se-SBD dan semua staf di Divisi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes SBD.

Kegiatan ini sendiri diselenggarakan selama 2 hari Senin dan Selasa (11-12 Januari 2021). (MC. Kabupaten Sumba Barat Daya/Octa/toeb)