Ritual Budaya Pindah Adat di SBD Patuhi Prokes Covid-19

:


Oleh MC KAB SUMBA BARAT DAYA, Senin, 21 September 2020 | 07:56 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Tambolaka, InfoPublik – Wabah Covid-19 yang melanda dunia saat ini tidak saja berdampak pada kesehatan, ekonomi, sosial, dan juga mempengaruhi adat budaya masyarakat.

Apalagi pemerintah menerapkan New Normal atau biasa disebut dengan adaptasi kebiasaan baru dengan mematuhi anjuran Protokol Kesehatan (Protkes) yaitu selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan menggunakan sabun pada air mengalir, menjaga jarak serta menjaga imun tubuh manusia.

Masyarakat Sumba pada umumnya dikenal sangat kental dengan adat istiadat atau budayanya, apalagi dalam hal urusan kawin mawin harus melalui lamaran buka surat (ketuk pintu), ikat hingga pindah adat sebagai acara puncak memindahkan anak perempuan yang sudah dilamar.

Ritual adat tersebut akan diikuti oleh masyarakat yang banyak, selain keluarga yang akan melamar, ada juru bicara, juga handai taulan yang akan bersama-sama dalam menjalankan prosesi adat tersebut. Proses adat tersebut akan melibatkan banyak orang apalagi dalam urusan belis perempuan.

Dalam penerapan Protkes saat ini sebagai akibat wabah Covid-19, prosesi budaya Sumba tetap berjalan sebagaimana mestinya. Janji adat yang sudah ditentukan beberapa bulan atau tahun sebelumnya tetap menjadi agenda penting yang tidak bisa begitu saja di kesampingkan oleh masyarakat.

Seperti yang diliput oleh awak media pada saat acara budaya pindah adat oleh dua rumpun keluarga besar dari Tana Righu Kabupaten Sumba Barat dengan keluarga Wewewa Loura Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) pada Sabtu (19/9/2020) di Kelurahan Waitabula, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kedua rumpun keluarga besar Wee Mbaka keluarga besar Wee Lewo Wewewa Barat dan keluarga besar Buma Lere Loura (keluarga dari perempuan yang akan dipindahkan) dengan keluarga besar Wini Ngele, Wanokaza Tana Righu dan keluarga besar Beidello Bondo Naga Wewewa Tengah (keluarga laki-laki) tampak menjalankan budaya pindah adat, yang merupakan puncak dari budaya pinang perempuan hingga dipindahkan ke keluarga laki-laki.

Pemandangan yang menarik adalah esensi budaya adat tidak terganggu dengan adanya penerapan Protkes oleh pemerintah. Kedua rumpun keluarga dengan patuh terhadap anjuran Protkes. Para tamu undangan sebelum memasuki rumah mencuci tangan dengan air dan sabun yang sudah disiapkan, semua orang menggunakan masker, bahkan tuan rumah sudah menyediakan masker untuk dibagikan para tamu undangan yang belum menggunakan masker.

Tuan rumah (keluarga perempuan) Agustinus Mori yang ditemui awak media disela-sela kegiatan budaya pindah adat mengakatan pelaksanaan budaya pindah adat saat ini tidak akan mengurangi nilai budaya dengan adanya anjuran Protkes oleh pemerintah.

“Acara budaya pindah adat tetap berjalan sesuai aturan budaya Sumba, Protkes dengan selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak merupakan hal penting untuk mencegah Covid-19. Kami sepakat menjalani itu, demi mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, pelaksanaan budaya pindah adat saat ini mempunyai nilai yang lebih karena semua tamu undangan dan tuan rumah secara bersama-sama mematuhi Protkes. Dengan adanya arahan dari Tim Satgas Covid-19/SBD, dirinya melihat adanya dukungan dari pemerintah untuk mencegah wabah Covid-19 ini.

“Sebelum hari pelaksanaan budaya pindah adat ini, kami sudah berkoordinasi dengan Tim Satgas Covid-19 dan mendapat ijin pelaksanaan serta mendapat arahan dan himbuan untuk menerapkan Protkes. Satgas juga membantu kami dengan menyediakan masker dan hand sanitizer selain yang sudah kami sediakan” tuturnya lagi.

Dalam kesempatan itu, dirinya mengharapkan agar Satgas Covid-19 melakukan monitoring dan pengawasan dalam penerapan Protkes sampai ke pelosok-pelosok sehingga masyarakat SBD secara keseluruhan menjalankan anjuran tersebut.

“Dengan rencana adanya sanksi yang akan diberlakukan oleh Pemda SBD itu bagus, tetapi Pemerintah harus juga melakukan sosialisasi, monitioring dan pengawasan serta menyediakan masker, hand sanitizer, serta terus melakukan penyemprotan disinfektan, sehingga benar-benar bisa mencegah wabah Covid-19,”lanjutnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh John Ngindi (keluarga laki-laki) kepada awak media bahwa penerapan Protkes adalah hal yang penting untuk kesehatan bersama. Penerapan New Normal saat ini membawa perubahan positif bagi upaya pencegahan wabah Covid-19 tersebut.

“Nilai budaya Sumba tidak akan luntur hanya karena saat acara budaya pindah adat ini, kita dihimbau untuk tidak berciuman hidung dulu. Ini sangat penting untuk mencegah Covidc-19 di Kabupaten SBD. Kita tidak tahu jika ada yang sudah terpapar Covid-19 disekitar kita, agar tidak menular maka sebaiknya kita terapkan salam corona tanpa bersentuhan langsung” tutur John Ngindi.

Dirinya juga mengapresiasi adanya Perbup nomor 36 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protkes sebagai upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di SBD. Yang harus ditindak lanjuti saat ini adalah sosialisasi sehingga masyarakat secara umum dapat mengetahuinya dan melaksanakan.

“Tindak lanjutnya adalah harus ada monitoring, sejauh mana masyarakat dapat mengindahkan Perbup tersebut” ujarnya.

Pihaknya juga mengimbau, agar masyarakat khususnya Kabupaten Sumba Barat dan SBD mengikuti hal yang sudah dilakukan dalam acara adat budaya pindah perempuan saat ini oleh dua rumpun keluarga besar Tana Righu Sumba Barat dan Wewewa SBD, dengan mematuhi anjuran Protkes.

“Hal yang sudah dilakukan oleh dua keluarga besar dari Sumba Barat dan SBD agar menjadi contoh bagi keluarga lain atau kabupaten lain, karena anjuran Protkes oleh pemerintah untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 sangat penting” tambahnya. (MC. Kabupaten Sumba Barat Daya/Octa/Eyv)