Manggilang Tabu, Pengolahan Tebu Secara Tradisional di Nagari Lawang

:


Oleh MC Prov Sumatera Barat, Senin, 27 Juli 2020 | 15:53 WIB - Redaktur: Juli - 467


Agam, InfoPublikTidak hanya menyuguhkan keindahan alam melalui panorama Danau Maninjau, Kawasan Wisata Puncak Lawang ternyata memiliki daya tarik lain bagi wisatawan melalui pengolahan tebu (manggilang tabu) secara tradisional.

Sebagai destinasi wisata unggulan, Puncak Lawang yang berada di Kecamatan Matua, Kabupaten Agam, Sumatra Barat ini dikenal sebagai daerah penghasil tebu dan gula merah atau yang biasa disebut dengan “Saka Tabu”.

Menurut Asrul (60th), pengelola Kilang Tabu Tradisional Ni Des, dirinya sudah puluhan tahun menekuni usaha keluarga yang sudah berlangsung turun temurun.

Dikatakan bahwa, pengolahan tebu secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga kerbau untuk menggiling tebu, akan tetap dilestarikan sebagai daya tarik bagi wisatawan saat berkunjung ke kawasan wisata berhawa sejuk ini.

“Dahulu saya pernah menggunakan mesin selama 15 tahun. Hasilnya bisa mencapai 100kg per hari, namun kualitasnya tidak bagus, hasilnya kotor semua,” kata Asrul.

Ia mengakui melalui alat tradisional proses penyaringannya memakan waktu yang lama, dalam 4 kali penyaringan menghasilkan 25 kg per hari. “Namun hasilnya bisa dibandingkan dengan menggunakan mesin, sangat bersih dan bisa langsung dimakan,” ucap dia.

Ketika ditemui tim MMC Diskominfo, Minggu (26/07/2020) Asrul dengan sigap memperagakan bagaimana proses menyiapkan kerbau untuk dipasangkan ke alat pengkilangan. Mata Kerbau ditutupi dengan tempurung kelapa dan kain agar kerbau tersebut mau berjalan.

Paket wisata yang disediakan Asrul pada usaha Kilang Tabu Tradisional miliknya, membuat wisatawan yang berkunjung dapat menyaksikan proses pembuatan gula merah dari proses awal tebu diperas menggunakan tenaga Kerbau.

Selanjutnya perasan tebu dimasak hingga mengental dan hasil tersebut dibentuk pada alat cetak hingga mengering dan menghasilkan gula merah “Saka Tabu”.

Disinggung tentang Pandemi Covid-19 Asrul mengakui bahwa ia juga terkena dampak langsung. “Biasanya banyak wisatawan mancanegara yang datang, salah satunya dari Malaysia, namun saat ini tidak ada lagi,” tutur dia. (ZM/ISC/ MMC DiskominfoSB)