Aik Menciptakan Pupuk Organik SAKTI, Pemkab Sumbawa Dukung Pengembangannya

:


Oleh MC KAB SUMBAWA, Sabtu, 19 Oktober 2019 | 06:11 WIB - Redaktur: Tobari - 11K


Sumbawa Besar, InfoPublik - Nurfajri Saputra sang penemu Pupuk Organik SAKTI (SAmawa untuK Tani Indonesia) mengaku mendapat respon positif dan dukungan dari Pemkab Sumbawa atas temuan menciptakan Pupuk Organik SAKTI.

Hal itu dikemukakan Aik sapaan akrab Nurfajri Saputra, kepada media center, dalam bincang-bincang ringan menjelang Sholat Jum’at (18/10/2019) di kantor Dinas Kominfotik Sumbawa.

“Beberapa hari yang lalu, Selasa (15/10/2019), Bupati Sumbawa melalui Sekda Sumbawa, Wakil Ketua DPRD Sumbawa dan beberapa pimpinan instansi di lingkungan Pemkab Sumbawa menghadiri Panen Raya Padi di demplot Desa Songkar, yang memakai Pupuk Organik ciptaan Aik dan rekan-rekannya.

Bupati dan Wakil Ketua DPRD Sumbawa merasa bangga dengan temuan dan inovasi karya putra Sumbawa ini, dan berkomitmen untuk mendukung produksi dan pemanfaatan pupuk organik ciptaannya melalui instansi terkait.

Adapun hasil tanaman padi pada panen perdana di lahan demplot Desa Songkar kemaren dengan memakai Pupuk Organik SAKTI pada musim kering jumlah bulirnya dapat mencapai 12,5 karung (tanpa jahit mulut karung).

"Pada musim hujan 10 karung lebih (mulut karung di jahit). Artinya terjadi peningkatan jumlah bulir dari musim tanam sebelumnya yang memakai pupuk lain,” tutur Aik.    

Lebih lanjut, Aik menuturkan bahwa berat gabah perkarung rata-rata 98 kg lebih ( tolak ukurnya adalah 7 karung yang di jual dengan berat total 691 kg). Jika panen di lakukan pada jadwal yang seharusnya maka berat gabah bisa mencapai 100 kg per karungnya.

Sebagai gambaran bahwa penggunaan pupuk SAKTI oleh petani akan memberikan keuntungan lebih antara lain, harga pupuk terjangkau, dan hasil panen meningkatkan baik pada jumlah bulir maupun pada berat gabah.

Berawal dari keresahan pertama kali menggarap sawah, dan saat itu tidak masuk dalam Kelompok Tani manapun dan membeli pupuk dengan harga tinggi sampai harus berutang kepada mertuanya, namun tanaman padinya jelek dan warnanya merah busuk.

Itulah sekelumit kisah Aik tanpa putus asa terus bereksperimen sampai berhasil menciptakan pupuk organik.

“Saat itu saya membeli pupuk urea dengan harga Rp190.000 per zak dan pupuh NPK Rp360.000 per zak. Saya berusaha menangani tanaman padi saya, dengan menyemprotkan pestisida dan tidak ada perubahan pada tanaman saya," tuturnya.

Kemudian hasil di saat panen, sawahnya yang seluas 23 are hanya menghasilkan 4 karung gabah. Dan ia gagal mendapatkan untung dari bertani di saat itu.

Kemudian, pemuda kelurahan Brang Bara Kecamatan Sumbawa yang kesehariannya beternak kambing, bertekad akan terus berikhtiar untuk harus bisa mengatasi masalah ini.

Lalu ia mulai mencoba membuat pupuk organik, selama 2 tahun mencoba dengan berbagai formulasi dan komposisi dari bahan organik.

"Saya mencoba pada tanaman padi, cabe, bawang dan jagung. Setiap periode tanam selama 2 tahun terjadi perubahan yang signifikan pada tanaman yang saya uji coba”, ujar Aik yang juga aktif sebagai leader dilembaga social Coin Foundations Sumbawa.

Alhamdulillah pada tahun 2019 di musim kering ia melakukan uji coba dengan melibatkan 11 petani di desa yang terpisah. Dan semua merasa puas, kecuali desa yang gagal panen akibat kekeringan.

"Pada tahun 2019 musim hujan, saya mendapatkan hasil di atas 100 kg / karung. Petani yang mencoba menggunakan pupuk SAKTI yang saya ciptakan mengaku terjadi perubahan yang signifikan pada tanaman dan hasil,” lanjutnya.

Dikatakannya, di Desa Mamak Kecamatan Lopok, petani yang bernama Kaharman asal Dusun Olat Po mengaku bahwa hasil panen musim kering sama dengan hasil musim hujan tetapi lebih berat hasil musim kering.

Kemudian petani di Kerekeh mengaku bahwa hasil panen musim barat yang menggunakan Kimia hanya 10 karung, dan musim kering menggunakan pupuk SAKTI menghasilkan 15 karung, begitu pula dengan titik lain juga mengaku hasilnya bagus.

Sehingga petani yang pernah mencoba menggunakan karya Aik meminta agar memproduksi dalam jumlah banyak. Lalu, Aik berdiskusi dengan teman-teman, meminta pendapat para orang tua dan sahabatnya, dan rata-rata menyarankan Aik untuk serius dan mendirikan perusahaan.

“Alhamdulillah saya akhirnya menghadap ke notaris dan mendirikan CV. Samawa Organik. Dan sekarang saya sedang menyiapkan 11.000 liter Pupuk Organik Cair “SAKTI” untuk musim tanam tahun 2020 mendatang,” paparnya.

Harga jual yang murah yakni Rp40.000 per liter, dengan kebutuhan per hektare hanya 20 liter, petani hanya perlu mengeluarkan biaya Rp800.000 per hektare untuk kebutuhan pupuk. Biaya ini jauh lebih rendah jika menggunakan pupuk dan pestisida kimia lainnya.

Mengakhiri bincang ringan bersama media center, Aik berharap selain untuk membantu para petani disaat pupuk langka dan mahal serta meningkatkan hasil produksi panen.

Aik juga akan terus berjuang menyekolahkan anak-anak dari keluarga tidak mampu ke tingkat yang lebih tinggi dari hasil usahanya ini, seperti yang dilakukannya selama ini bersama Coin Foundation Sumbawa. (ra/mckabsumbawa/toeb)