Penggunaan Dana Desa Di Mabar Minim Program Pemberdayaan Masyarakat

:


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Jumat, 5 Juli 2019 | 08:09 WIB - Redaktur: Tobari - 2K


Labuan Bajo, InfoPublik - Penggunaan Dana Desa di desa-desa yang tersebar di seluruh Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, sejauh ini pemanfaatannya lebih dominan untuk pembangunan fisik.

Program fisik masih menjadi trend di kalangan pemerintahan desa sementara program pemberdayaan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat perhatiannya masih minim, kata Direktur Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) Labuan Bajo Flores NTT, Ny.Gabriela Uran, kepada Kominfo Mabar, Kamis (4/7/2019).

Menurut Ny. Gabriela Uran yang biasa di sapa Ibu Ela, sejauh ini pembangunan fisik masih menjadi agenda utama di kalangan pemerintah desa. Trend ini terjadi karena selama ini seperti itu yang berjalan di desa.

Terkait pemanfaatan DD untuk Program Pemberdayaan Masyarakat, menurutnya masih minim. "Sebaiknya Pemerintah desa harus memikirkan untuk mengalokasikan sebagian DD untuk program pemberdayaan masyarakat untuk percepatan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Alokasi DD untuk program pemberdayaan masyarakat meski belum menjadi agenda utama di kalangan pemerintah desa.

Namun Ny. Ela menyambut gembira ada beberapa desa dampinganya bekerjasama dengan Aliansi Perempuan Indonesia Mandiri Labuan Bajo, sepakat menaikan DD untuk program Pemberdayaan.

"Selama ini dana fisik lebih dominan,mereka sepakat menaikan anggaran Desa untuk pembangunan Pemberdayaan," ujarnya.

Selama ini Program pemberdayaan yang harus di genjot desa sesuai Prioritas dana desa yang di tetapkan Kementerian Desa PDTT.

Yakni peningkatan investasi ekonomi, dukungan peningkatan ekonomi dari BUMDesa, peningkatan ketahanan pangan, bantuan hukum masyarakat desa, promosi kesehatan masyarakat, kegiatan pengelolaan hutan, pantai, desa dan edukasi pelestarian lingkungan hidup.

Pada program pembangunan, Kementerian Desa menetapkan infrastruktur, kesehatan masyarakat, pendidikan, sosial dan Kebudayaan, produksi dan distribusi, energi terbarukan.

Dari deretan prioritas ini jelas perangkat desa kini harus jauh lebih serius berpikir mengenai visi pemberdayaan.

Melalui program "Empowering Women through food security and sustainable natural resources conservation in West Manggarai, Flores, Indonesia, Yakines Labuan Bajo Flores memiliki desa dampingan di Kabupaten Manggarai Barat.

Adapun desa dampingan Yakines anatara lain, Kecamatan Komodo : Desa Compang Liang Ndara, Compang Longgo, Golo Pongkor). Kecamatan Mbeliling : Desa Wae Jare, Kempo, Cunca Wulang, Golo Damu.

Kemudian Kecamatan Sano Nggoang : Desa Golo Ndaring, Golo Kondeng. Kecamatan Lembor : Desa Pong Majok, Wae Kanta, Wae Mowol, Wae Bangka, Daleng, Pondo, Golo Ndeweng.

Serta Kecamatan Lembor Selatan : Desa Repi, Watu Waja, Benteng Tado, Modo. Kecamatan Welak : Desa Rehak, Pong Welak, Robo, Racang Welak.

Program Pemberdayaan dan kegiatan yang di berdayakan Yakines untuk desa-desa dampinganya anatara lain konservasi sumber daya alam, pertanian berkelanjutan, penguatan ekonomi perempuan dan organisasi masyarakat.

Peningkatan kapasitas perempuan, konservasi mata air, pengembangan tanaman pangan lokal yg terancam punah, penguatan pemerintah desa dan BPD.

Peningkatan kapasitas perempuan melalui pelatihan membuat kripik pisang dan teko, latihan pembukuan, dll.

Kunjungan silang antar desa, membentuk kelompok lumbung pangan (padi, beras, dll), lumbung benih, lumbung kebun.

Pengembangan sayuran organik dan kawin silang padi lokal, pendampingan kelompok UBSP secara mandiri dan penggalangan modal.

Pengembangan pertanian organik dengan melatih petani membuat EM4 organik, Bokashi, pupuk cair organik, pestisida organik, fungisida organik dan KCl organik. Mengadvokasi dana desa untuk kelompok-kelompk marginal.

Konservasi tanah dan air dengan membuat terasering kredit, saluran pengendali, perangkap tanah dan tanggul penghambat. Terkait Program Kerja yang di tawarkan Yakines melalui desa- desa dampinganya.

Kepala Desa Robo Kecamatan Welak, Rafael Gatur mengatakan, angka kemiskinan Desa Robo pada tahun 2017 sekitar 239 kk.

Melalui dampesingan Yakines, angka ini turun menjadi 80 kk. Hal ini diakui sebagai hasil pendampingan Yakines pada perempuan dimana perempuan menanam dan menjual sayuran, sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.

Selain itu ada perubahan pada pribadi dan kelompok petani dalam pola pengembangan hidup dan usaha.

Melalui pendampingan Yakines, pemerintah desa mampu berargumen saat konsultasi RAPBDes dengan Pemkab karena telah di latih tentang Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

Terjadi peningkatan jumlah kepala Desa yang membangun desa secara lebih transparan.

Para kades merasa bangga karena banyak masyarakat, khususnya perempuan telah mampu berkomunikasi baik dengan pemerintah desa dan pemerintah Kabupaten.

Peningkatan kualitas dan kemampuan dalam mengelola dana desa. Kaum perempuan bersemangat mengembangkan usaha produktif.

Kegiatan Yakines di Desa Robo telah dicontoh oleh Desa Ndiwar, dalam hal pembentukan UBSP, lumbung pangan dan akses dana desa.

Dari sisi regulasi, kades bisa memahami pengelolaan dana desa karena ada pembinaan, edukasi dan sosialisasi dari Yakines tentang penggunaan dana desa dan Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)

Ny.Gabriela Uran, Direktur Yakines Labuan Bajo menjelaskan, secara umum, respon dari pemerintah desa dan masyarakat adalah sangat mendukung sistem pendampingan yang dilakukan Yakines melalui program pemberdayaan masyarakat, yakni pendamping lapangan tinggal bersama masyarakat.

Kaum ibu pun merasa bangga bahwa mereka bisa bicara di depan umum, memiliki mental yang kuat dalam mengajukan pendapat baik di rumah tangga maupun tingkat desa, bila dibandingkan sebelum didampingi Yakines.

"Sekarang kaum ibu mampu mengembangkan usaha- usaha produktif dan mengelola emosinya. Mereka mampu meningkatkan ekonomi keluarganya dan mampu membangun komunikasi dengan berbagai stakeholder dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten," ujar Ny.Gabriela. ( mckabmanggaraibarat/Hans/toeb)