Masjid Assuada, Masjid Unik dengan Kubah Lancip

:


Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA, Kamis, 18 April 2019 | 13:53 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 1K


Amuntai, InfoPublik - Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Tim Produksi Kominfo TV kembali membuat program acara Jalan-Jalan Religi. Seperti yang dilaksanakan di Masjid Assuada atau Masjid lancip yang berlokasi di Desa Waringin Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

Mesjid ini terletak di tepi Sungai Tabalong, dimana pada zaman dulu sungai merupakan transportasi satu-satunya, sehingga jamaah masjid ini berasal dari daerah Telaga Silaba, Palimbangan, dan Haur Gading dengan menggunakan perahu atau kapal.

Masjid ini memang unik, karena tidak seperti masjid kebanyakan yang mempunyai kubah berbentuk bundar, namun masjid ini memiliki kubah lain dari yang lain, yaitu berbentuk tumpang yang terdiri dari tiga tingkatan; pada tingkatan pertama atau paling atas berbentuk sangat lancip sesuai dengan budaya Banjar. Masjid ini termasuk salah satu cagar budaya yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia N0 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Berdasarkan keterangan dari Panitia Masjid H. Gusti Mastur dan tokoh masyarakat setempat H. Abdul Wahab, Kamis (18/4), masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1886 dan berbentuk segi empat yang mana tinggi termasuk pataka kurang lebih 40 meter. Masjid ini saat mula pembangunan menggunakan atap sirap, tiang ulin, yang terdiri dari 4 buah tiang guru, 12 buah tiang bantu, 20 buah tiang yang terdapat pada dinding yang menggunakan ulin, serta lantai menggunakan marmer yang khusus didatangkan dari negara tetangga Singapura.

Masjid ini berdiri di tanah wakaf berukuran 38 x 24 meter dan bangun pertama kali oleh Syekh H. Abdul Gani. Masjid saat pembangunan pertama tidak menggunakan paku, namun memakai pasak yang terbuat dari serutan ulin atau bambu. Bahkan untuk menyatukan sambungan pun menggunakan tali ijuk.

Masjid ini juga pernah didatangi para ahli dari luar negeri, seperti tampak pada dokumentasi foto. Masjid ini berornamen dalam bentuk ukiran yang tampak pada daun pintu, ventilasi, serta mimbar untuk khatib menyampaikan khotbah.

Dalam perjalanan waktu, masjid ini pernah mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk dan tiang masih dipertahankan, terkecuali atap yang dulunya menggunakan atap sirap sekarang sudah memakai atap seng. Seperti pada tahun ini dilakukan renovasi dan pelebaran ruang masjid, mengingat jumlah jamaah semakin bertambah. Adapun biaya renovasi dibantu oleh pemerintah daerah, disamping swadaya masyarakat. (Diskominfo/Rahman/Munajat)