Tradisi Berburu Cacing Berwarna di Kepulauan Kei Saat Terang Bulan

:


Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Sabtu, 23 Maret 2019 | 22:25 WIB - Redaktur: Juli - 835


Langgur, InfoPublik - Masyarakat yang ada di Kepulauan Kei selalu menanti satu hari khusus di bulan Maret, untuk melakukan tradisi timba cacing laut yang dalam bahasa lokal disebut Laur, seperti yang dilakukan di Desa Elat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Jumat (22/3) malam.

Aly Serang, warga Desa Depur Elat menjelaskan, masyarakat Evav atau Kei melakukan timba laur ini hanya satu kali atau satu malam dalam setahun tepat terang bulan sekitar pukul 08,00 WIT atau menurut masyarakat setempat saat sinar bulan Jatuh di bulan Maret.

Menurutnya, di Pesisir Laut Kepulauan Kei biasanya dipenuhi lampu lentera untuk mencari laur/cacing laut yang keluar dari celah batu karang. Adapun cara mendapatkan Laur ini dengan menimba menggunakan alat tangkap tradisional yang sudah disiapkan sejak Februari untuk menantikan datangnya Laur.

Dean Tapotubun, warga Desa Ohoiel Kei Besar menuturkan, cacing Laut ini ketika didapat bisa dijadikan olahan Bakasan, Goreng dan Asaran, untuk Bakasan prosesnya harus dihaluskan melalui dijemur kurang lebih satu bulan agar hasilnya halus dan dapat bertahan sampai satu tahun.

Dean mengatakan, tradisi Timba Laur atau Cacing selain dikenal sejak ratusan tahun silam, Laur ini  seperti cacing  warnanya ada yang kuning, merah, coklat, biru (Lycde Oele).

"Banyak legenda tentang Laur ini karena selain di Kepualauan Kei, Wilayah Maluku semua dapat mengonsumsi biota laut satu ini, dan mereka melakukan tradisi yang sama," ungkapnya.

Menurut dia, semua masyarakat meminta Pemerintah Daerah agar tradisi ini, bisa dikemas dan dapat menarik wisatawan ke Negeri Maluku Tenggara apalagi dikemas dalam sebuah Festival Timba Laur. (Mc Maluku Tenggara)