Petani Sumenep Terapkan Kaji Terap

:


Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Kamis, 21 Maret 2019 | 10:35 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 185


Surabaya , InfoPublik - Petani di Kabupaten Sumenep menerapkan kaji terap. Kaji terap merupakan salah satu cara untuk mendiseminasikan inovasi pertanian sekaligus peragaan inovasi, yang dilakukan oleh penyuluh dan peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jatim dengan para petani, sebagai pelaksana atau pelaku utama dalam menjalankan usahataninya.

Koordinator Laboratorium Diseminasi Wonocolo Surabaya juga sebagai penanggungb jawab kegiatan Kaji Terap, Tini Siniati K, Kamis (21/3/2019) mengatakan, t kaji terap bertujuan untuk meyakinkan pelaku utama terhadap keunggulan inovasi yang dianjurkan tersebut sesuai dengan karakteristik lahan dan kebutuhan petani. Hal tersebut dilakukan dalam rangka sebelum inovasi pertanian tersebut diterapkan oleh petani, pelaku utama lainnya yang lebih luas lagi.

Di Sumenep, kaji terap awalnya hanya lima hektare pada MK I (panen 25 Juli 2018), kini pada MH (Okt-Mart. 2019) penerapan inovasi tersebut berkembang menjadi 52,2 hektare. Artinya terjadi peningkatan luasan penerap inovasi menjadi 10 kali lipat dari semula, dengan jedah waktu hanya 5 bulan setelah kaji terap.

Tahun 2018, kegiatan ini dilaksanakan dii Desa Gapura Tengah, Kecamatan Gapura, Sumenep dengan menerapkan inovasi: 1). perbaikan sistem tanam padi dengan jarwo 2:1; 2). perbaikan varietas, memperkenalkan VUB Inpari 42 GSR, Inpari 32 dan Inpari 33; 3). penambahan bahan organik minimal 2 ton/ha per musim tanam; dan 4). pengembalian jerami 25%.

Hasil evaluasi preferensi 3 jenis VUB padi yang diperkenalkan, ternyata hampir mutlak menyukai Inpari 42 dan 43, tetapi lebih cenderung ke Inpari 42. Hal ini dikarenakan umur panen padi 105 hari dan tidak mudah rontok seperti Inpari 43. Artinya Inpari 42 GSR sudah bisa dipanen 7 hr lebih awal dr umur diskripsi yaitu 112 hr. Demikian halnya dengan provitas yang dicapai yaitu mampu menghasilkan rerata 8,90 ton/ha, rasa nasi pulen. Hasil ini lebih tinggi dari rerata yang dicapai petani biasanya sekitar 5,5 – 6 ton/ha. Capaian hasil tersebut banyak menarik minat petani lainnya yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan.

Demikian halnya dengan poktan yang terlibat penerap inovasi, awalnya hanya 3 poktan di 2 desa, di kecamatan yang sama, Gapura. Kini dalam kurun waktu tersebut meningkat menjadi 13 poktan tersebar di 5 desa kecamatan Gapura, bahkan terdapat kecamatan terdampak kegiatan tersebut ke - 3 kecamatan yaitu kecamatan Pragaan, Batuan dan kecamatan Kota Sumenep.

Pada, Selasa (19/3/2019) sebagai capaian tonggak keberhasilan kedua dalam penerapan inovasi yang diperkenalkan melalui Kaji Terap. Poktan Sabar Subur, Gapura Tengah memprakarsai untuk menyelenggarakan Temu Lapang Panen Padi Inpari 42 GSR secara Mandiri, swadana petani pada lahan seluas 40,2 hektar yang ada di WKBPP Gapura. Artinya semua beban belanja penyelenggaraan Temu Lapang tersebut menggunakan dana poktan secara swadana.

Salah satu acara Temu Lapang tersebut terjadi transaksi ke poktan Setia Asmuni yang ada di Gapura Barat sebanyak 290 kg dengan harga kelas benih Rp. 9.000,- per kg, atau setara total nilai transaksi Rp.2.160.000,- (dua juta seratus enampuluh ribu rupiah).

Besaran transaksi tersebut, terus akan bertambah, mengingat banyak petani yang tertarik menerapkan inovasi yang diperkenalkan melalui media Kaji Terap. Untuk musim tanam padi di MK I ini, secara mandiri, semua kebutuhan benih padi dapat dipenuhi dari hasil panen yang baru diakukan kemarin. Bahkan menurut Kepala UPTD Penyuluhan, Dinas pertanian Kabupaten Sumenep, untuk Kecamatan Gapura akan mengembangkan inovasi tersebut seluas 119 hektar, dengan menggunakan Inpari 42. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-jal/eyv)