Kunjungan Wisman Tiongkok ke Kepri Naik

:


Oleh MC KOTA BATAM, Kamis, 21 Maret 2019 | 10:36 WIB - Redaktur: Juli - 174


Batam, InfoPublik - Wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok mendominasi jumlah kunjungan pariwisata ke Kepulauan Riau (Kepri). Kontribusi wisman asal negeri tirai bambu ini turut menyumbang kenaikan tingkat hunian hotel berbintang di Kepri.

“Turis dari Tiongkok banyak yang masuk. Mereka biasa menginap di hotel seperti Travelodge, Pacific, Best Western Premiere (BWP) dan lain-lain,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Batam Muhammad Mansyur, Selasa (19/3).

Mansyur mengatakan, peningkatan kunjungan wisman dari Tiongkok ini terjadi karena Pemerintah Tiongkok menganjurkan agar warganya banyak berlibur ke luar negeri. “Karena secara ekonomi, mereka sudah sangat stabil. Sehingga dianjurkan lebih banyak berlibur keluar negeri,” paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, jumlah wisman dari Tiongkok memang mengalami peningkatan sepanjang dua tahun terakhir ini. Sepanjang 2017, jumlah kunjungan mencapai 163.859. Kemudian meningkat hingga 58 persen pada 2018 dengan jumlah kunjungan mencapai 259.248.

Sementara untuk Januari tahun ini, jumlah kunjungan wisman Tiongkok mencapai 19.475. Jumlah tersebut membuat turis asal Tiongkok duduk sebagai peringkat kedua jumlah kunjungan terbanyak setelah Singapura.

Kontribusi wisman asal Tiongkok meningkatkan tingkat hunian kamar (TPK) hotel berbintang di provinsi Kepri pada Januari lalu mencapai rata-rata 63 persen atau naik 7,33 poin dibanding TPK November 2018 sebesar 58,30 persen, sedangkan rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu Indonesia juga ikut naik menjadi 2,07 hari atau naik 0,36 persen dibanding dengan rata-rata lama menginap tamu pada Desember 2018.

Tren kunjungan wisman asal Tiongkok baru terjadi pada saat ini. Sebelumnya, tren kunjungan wisman asal Taiwan sempat gencar terjadi di Kepri pada pertengahan 1980-an hingga 1990-an. Kemudian setelah itu tren kunjungan wisman asal Korea menyusul pada awal 1990-an hingga pertengahan 2000-an.

Meskipun begitu, kontribusi tersebut tak terlalu berdampak pada jumlah pemasukan hotel di Kepri. ”Pasalnya mereka mengambil paket hemat. Hotel-hotel di Batam juga banyak yang menurunkan paketnya karena jika terlalu mahal akan mengacaukan biaya operasional,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan, prospek pariwisata di Batam sebenarnya sangat cerah. “Namun naiknya harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar akan mengancam keberlangsungan pariwisata Batam di masa depan,” ucapnya.

Menurut dia, saat ini pelaku pariwisata yang merupakan anggota Apindo sudah banyak mengeluh karena terjadinya penurunan pendapatan usaha dari bisnisnya.

“Dengan mahalnya harga tiket pesawat domestik, maka masyarakat lebih memilih wisata keluar negeri dibanding dalam negeri. Sehingga hampir semua destinasi wisata saat ini, para pelaku pariwisata menjerit karena susahnya meningkatkan pendapatan,” ucapnya.

Rafki juga mengimbau kepada maskapai penerbangan untuk mempertimbangkan kembali keputusannya mematok batas atas tarif penerbangan. "Dampaknya benar-benar luar biasa terhadap sektor lainnya. Mulai dari usaha wisata, kuliner, oleh-oleh, souvenir, kargo dan usaha terkait lainnya begitu terpukul dengan kenaikan tarif tersebut,” tegasnya. (BP)