Masyarakat Sangat Antusias Menyaksikan Perayaan Pawai Ogoh-Ogoh Di Tolai

:


Oleh MC KAB PARIGI MOUTONG, Jumat, 8 Maret 2019 | 09:21 WIB - Redaktur: Kusnadi - 489


Parigi Moutong, Info Publik – Demi menyaksikan patung raksasa, ratusan warga eks Parigi memadati pelaksanaan pawai ogoh- ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, di Dusun Matampondo Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong, Rabu (6/3/2019).

Dalam perayan pawai ogoh-ogoh, masyarakat sangat antusias untuk melihat dan menyaksikan pawai tersebut, sebab dalam perayaan ogoh- ogoh itu hanya ada dalam setahun sekali sehingga jalur yang mengarah ke Kabupaten Poso dan ke arah Kota Parigi mengalami kemacetan panjang. Masyarakat memadati kawasan yang akan dilalui pawai ogoh-ogoh sepanjang jalan trans sulawesi tolai tepat jaml 14.00 Wita.

Hari Raya Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka, yang pada tahun ini jatuh pada Tanggal 07 Maret 2019, dan merupakan hari penyucian untuk alam semesta beserta isinya.

Patung ogo-ogoh yang dibuat dengan bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngrupuk dan ogoh-ogoh pelengkap kemeriahan upacara, dan bentuknya agar disesuaikan seperti berupa raksasa yang melambangkan bhuta kala.

Sebelum pawai ogoh-ogoh dimulai, ada beberapa ritual yang dilakukan yaitu membakar dupa di sekitar pura dan membasuh jemaat yang hadir dengan air suci.

Pawai ogoh-ogoh menempuh jarak sejauh tiga kilometer sepanjang Jalan Trans Sulawesi Tolai dengan menghadirkan dua puluh enam ogoh-ogoh yang diarak mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Arak-arakan ogoh-ogoh disimbolkan dengan patung raksasa, dan bermakna menghilangkan sifat buruk dari diri manusia.
Ogoh – ogoh adalah perwujudan para bhuta kala dan memberikan suguhan agar para bhuta kala ini tidak mengganggu masyarakat yang akan melaksanakan perayaan Hari Raya Nyepi.

Salah satu Warga Umat Hindu yang berasal dari Tolai Barat mengatakan, untuk perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941 yang dimeriahkan ogoh - ogoh sebagai simbol adat linggah sari.

"Untuk ogoh – ogoh nya kami beri nama joged maya, dengan adat lingga sari dengan tema karya seni yang dilarang sehingga dia merubah dirinya menjadi raksasa dan marah.”katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Catur Brata yaitu penyepian, dalam artian Amati Karya (tidak bekerja), Amati Geni (tidak menyalakan api) Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).

Selanjutnya, salah satu warga umat hindu yang berasal dari tolai barat juga menaruh harapan besar, agar perayaan hari raya nyepi khusus bagi umat hindu dalam perayaannya yang jatuh setahun sekali, tetap bisa membawa kedamaian, keamanan dan ketentraman bagi umat manusia. (MC Parigi Moutong/Nandar/ARD)