Sulsel akan Kerja Sama Teknologi Budi Daya dengan Jepang

:


Oleh MC Prov. Sulawesi Selatan, Sabtu, 15 Desember 2018 | 09:30 WIB - Redaktur: Juli - 421


Makassar, InfoPublik - Lawatan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah (NA) ke Negeri Sakura, Jepang di hari ketiga, Jumat (14/12) berlanjut ke Wajima Project. Sebuah perusahaan perikanan yang terintegrasi mulai dari budi daya ikan tuna dan ikan-ikan laut lainnya.

Wajima Project, memproduksi ikan Tuna dan ikan Yellow Tail atau Buri sejenis ikan Kuwe, juga pengolahan ikan (cold storage). Lokasinya berada di Kota Wajima yang jaraknya dari Kota Matsuyama ibukota Perfecture (provinsi) Ehime atau dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan mobil.

"Untuk sampai ke lokasi budi daya ikan di laut, kita naik kapal sekitar satu jam," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Sulkaf S. Latief yang ikut mendampingi Nurdin Abdullah.

Lanjut Sulkaf, di Sulsel sendiri untuk proses standar yang digunakan di tempat ini sama saja yaitu penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sehingga ini dapat kita laksanakan juga di Sulsel.

"Sedangkan teknologi budi daya laut ini yang akan kita kerja samakan, karena Januari 2019 Gubernur Ehime bersama 20 pengusaha akan datang ke Sulsel," sebutnya.

Mereka yang datang termasuk pengusaha perikanan yang berkomitmen ingin berinvestasi di Sulsel pada pengembangan perikanan terintegrasi hulu dan hilir.

Sementara itu, DR Asmi Citra Malina, Dosen FIKP Unhas dan Ketua Masyarakat Aquakultur Sulsel yang juga ikut, menjelaskan ikan yang ada, berupa budi daya ikan tuna di keramba jaring apung (KJA) dengan kedalaman 15 meter. Ikan pacific bluefin tuna (ikan tuna sirip biru pasifik) dipelihara selama 4 tahun.

Ikan yang dipelihara pada setiap KJA adalah dimulai dengan ukuran 300 gram yang berusia sekitar satu tahun, sebanyak 500 ekor per Karamba.

"Pakan berupa ikan sardin, cumi yang diberi setiap pagi yang diambil dari penyimpanan yang dibekukan," jelasnya.

Sementara, jumlah per KJA sekitar 3500 ekor untuk ikan yellow tail, dipelihara selama 2,5 tahun, ukuran keramba 12 x 12 meter dengan kedalaman 9 m.

Usai dari objek perikanan tersebut, rombongan kemudian melihat pengelolaan rest area (tempat peristirahatan sementara).