Petani di Desa Sipagabu Enggan Menyadap Karet

:


Oleh MC KAB TOBA SAMOSIR, Sabtu, 8 Desember 2018 | 05:45 WIB - Redaktur: Juli - 2K


Balige, InfoPublik - Harga getah karet di tingkat petani anjlok hingga ke angka Rp6.000/Kg. Harga ini bahkan sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini turut dialami oleh petani karet di Desa Sipagabu, Kecamatan Nassau, Kabupaten Toba Samosir.

Akibat anjloknya harga tersebut, petani akhirnya enggan untuk menyadap karet, sehingga banyak areal perkebunan karet yang terlantar dan nyaris jadi lahan tidur.

"Harga itu sudah sejak beberapa tahun terakhir. Banyak petani yang membiarkan karetnya tidak disadap karena hasilnya tidak memadai, terlebih kalau karet harus disadap minimalnya 3 atau 4 kali dalam seminggu," ujar Afentus Sitorus, petani di Sipagabu Senin (3/12/2012).

Rendahnya harga getah ini berbanding terbalik dengan biaya pengangkutan yang terbilang tinggi, karena jauhnya jarak tempuh dari desa tersebut.

Untuk menutupi kebutuhan ekonomi sehari-hari, warga Sipagabu akhirnya beralih pada pertanian padi sawah, dengan pola tanam 2 kali setiap tahunnya.

"Petani di sini kebanyakan beralih pada pertanian sawah untuk menutupi kebutuhan ekonomi," lanjut Afentus.

Selain karet dan sawah, penduduk yang nyaris 100% berprofesi sebagai petani ini juga memanfaatkan kopi sebagai komoditi pertanian.

Meski begitu, tidak semua masyarakat memiliki lahan pertanian kopi karena keterbatasan lahan akibat status kawasan hutan Suaka Margasatwa, yang mencakup nyaris seluruh kawasan pedesaan Sipagabu ini.

"Lahan memang luas, tapi tidak bisa kita kelola karena ini kawasan kehutanan. Makanya kita jadi bingung sendiri mencari solusi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," ujar warga Desa Sipagabu ini.

Masyarakat berharap pemerintah segera memberi solusi, agar masyarakat dapat memperluas lahan pertaniannya demi kelangsungan hidup sehari-hari. (MC Tobasa alex/rik)