Peralatan dan SDM Kesehatan Mencukupi untuk Penangangan COVID-19

:


Oleh Putri, Kamis, 28 Januari 2021 | 22:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 227


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan memberikan aturan relaksasi yang mengijinkan tenaga kesehatan (nakes) tanpa menunggu Surat Tanda Registrasi (STR) boleh langsung bekerja. Hal ini guna mengatasi kekurangan jumlah nakes dalam menghadapi pandemi COVID- 19

Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (PBM IHC) Fathema Djan Rachmat, melalui keterangan resmi yang diterima InfoPublik Kamis (28/1/2021) mengatakan nakes yang sudah lulus tidak perlu menunggu STR.

“Sehingga mereka bisa kami terima sebagai pelaksana keperawatan tapi tentunya dengan pelatihan supaya aman dalam bekerja. Terkait keamanan nakes, sebelum pegang pasien employee safety harus disiapkan,” kata Fathema.

Lanjutnya, bagaimana nakes mengimplementasikan protokol kesehatan, memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan disiplin protokol kesehatan. Fathema mengatakan pihaknua juga encourage dengan memberikan gizi cukup dan suplemen tambahan. Juga rutin melakukan pengetesan kesehatan.

Health Safety Security Environment (HSSE) adalah Unit di Pertamina Bina Medika IHC bisa memantau kondisi nakes. Untuk nakes yang sakit akan dilakukan treatment dan isolasi termasuk keluarganya. Kemudian tes PCR kepada yang melakukan kontak erat dengan yang bersangkutan.

Untuk tempat tinggal nakes, disediakan hotel untuk menginap sehingga keamanan dan kesehatan lebih terjamin. Untuk menjalankan pengobatan COVID-19, PMB IHC menggunakan konsep pengobatan dengan standar mengatasi dengan baik masalah Circulation, Inflammation, Coagulation (pembekuan darah), dan Oxygenation (CICO).

Alat kedokteran yang dimiliki PMB IHC cukup lengkap kata Fathema. Pihaknya juga memiliki mesin CRRT dan Hemodialisas sebagai pencuci darah atau pencegahan terjadinya badai Cytokin. Kemudian alat canggih lainnya seperti memonitor sirkulasi, memiliki obat cukup, serta alat dan teknologi yang mendukung.

Selain itu kompetensi dokter disamakan levelnya sesuai standar. Setiap malam sekitar 30-40 dokter melakukan diskusi kasus yang dianggap sulit untuk mendapatkan solusi terbaik bagi pasien.

“Dengan kesiapan yang telah dan terus dilakukan, obat yang lengkap, pengawasan yang baik, serta alat dan teknologi yang mendukung harapannya akan menurunkan angka kematian,” kata Fathema.