Kemenkes Menambah Kapasitas RS Penanganan COVID-19

:


Oleh Putri, Kamis, 28 Januari 2021 | 22:26 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 310


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan untuk menambah rasio ketersediaan ruang khusus pasien COVID-19, dari 10 persen menjadi 30 hingga 40 persen. Hal ini demi menunjang kesiapan ruangan dan unit perawatan Rumah Sakit (RS) menghadapi kondisi pandemi yang masih dinamis.

Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (PBM IHC) Fathema Djan Rachmat, melalui keterangan resmi yang diterima InfoPublik Kamis (28/1/2021) mengungkapkan sejak Februari 2020, RS khususnya milik pemerintah, sudah mulai persiapan terkait kebijakan ini.

“Februari 2020 kami mengadakan Medical Forum IHC dengan mengundang para pakar terkait bagaimana penanganan COVID-19. Hasilnya ketika Maret Indonesia ada kasus, kami sudah menyiapkan, paling tidak terkait knowledge dan skill-nya, serta sudah berlatih menggunakan APD,” kata Fathema.

Saat ini, 73 RS yang tergabung IHC dari Aceh sampai Papua termasuk dua RS pendidikan, yaitu RS Universitas Indonesia dan RS Ukrida. Pada waktu itu kata Fathema, pikaknya telah mengambil kebijakan tentang konversi tempat tidur sebesar 40-50 persen untuk alokasi penanganan pasien COVID-19.

Angkanya variatif dari satu RS dengan yang lainnya karena tergantung dengan jumlah yang terpapar/tingkat infeksi kesi di daerah masing-masing.

Ada yang zona merah, rata-rata konversi 50 persen dengan jumlah penambahan ICU 25 persen dari ruang yang terkonversi jadi perawatan COVID-19. Kemudian yang zona hijau konversi 25 persen dengan penambahan ICU 10-15 persen dari ruangan yang terkonversi.

Jumlah ruangan khusus COVID-19 juga bertambah terus seiring dinamika pandemi. Total RS BUMN memiliki lebih dari tujuh ribu tempat tidur dan telah dikonversi lebih dari 3.500an tempat tidur untuk isolasi atau perawatan COVID-19.

Sementara ada 512 bed ICU COVID-19, sudah termasuk penambahan 50 bed ICU di RSPP Simprug. Ini kata Fathema adalah upaya IHC merespon permasalahan di lapangan. Kemudian pihaknya telah melakukan hampir satu juta tes sejak April 2020.

Fathema mengatakan pihaknya berusaha untuk tidak ada pasien yang ditolak ketika datang ke RS. Caranya dengan memastikan aliran layanan lancar dari IGD, masuk rawat isolasi atau ICU hingga pulang.

“Kalaupun perlu rawatan lain kami ada hotel atau penginapan yang bisa dipakai sebagai safe house. Kemudian jika ada yang penuh juga bisa kami carikan ke jaringan RS yang lainnya sehingga aliran layanan terkontrol. Kami juga bekerjasama dengan RS swasta,” kata Fathema.