Bio Farma Paparkan Kandungan dalam Vaksin Covid-19

:


Oleh Putri, Minggu, 3 Januari 2021 | 18:17 WIB - Redaktur: Isma - 831


Jakarta, InfoPublik - Vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang akan digunakan mengandung bahan antara lain virus yang sudah dimatikan (atau inactivated virus) dan tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan. Ini merupakan metode paling umum dalam pembuatan vaksin.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 PT Bio Farma Bambang Herianto saat konferensi pers secara virtual Minggu (3/1/2021) mengatakan bahan selanjutnya adalah Alumunium Hidroksida yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan vaksin.

“Ada pula Larutan fosfat sebagai penstabil (Stabilizer) dan larutan garam Natrium Klorida untuk memberikan kenyamanan dalam penyuntikan. Vaksin Covid-19 buatan Sinovac juga tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, serta tidak mengandung pengawet,” kata Bambang.

Vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat sehingga terjamin kualitas, keamanan, dan efektifitasnya di bawah Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) serta memenuhi standar internasional.

Vaksin Covid-19 tahap dua dari Sinovac sebanyak 1,8 juta dosis dalam bentuk produk jadi kemasan vial dosis tunggal telah tiba di Indonesia pada Kamis tanggal 31 Desember 2020 dan telah diterima di Bio Farma pada hari yang sama. Jumlah vaksin Covid-19 dari Sinovac yang sudah diterima oleh Indonesia sebanyak tiga juta dosis.

Saat ini seluruh vaksin disimpan di tempat penyimpanan khusus di fasilitas penyimpanan Bio Farma dengan suhu yang tetap terjaga antara dua hingga delapan derajat Celcius. Selain itu, serangkaian pengujian mutu, baik yang dilakukan oleh Bio Farma sendiri, maupun oleh Badan POM juga telah dilakukan.

Pengujian ini dilakukan dalam rangka menjaga kualitas dan keamanan produk vaksin agar terjamin dari mulai diproduksi sampai didistribusikan. Vaksin hanya akan digunakan untuk program vaksinasi setelah ada persetujuan penggunaan darurat yang dikeluarkan Badan POM dan bukan sebagai vaksin untuk uji klinik.

(Foto: Capture Screen Youtube/Setpres)