Kemenkes: Klorokuin Bukan Lagi untuk Pengobatan Malaria

:


Oleh Putri, Jumat, 3 April 2020 | 21:57 WIB - Redaktur: Untung S - 594


Jakarta, InfoPublik - Klorokuin saat ini dijadikan sebagai obat Coronavirus Disease (Covid-19) dan beredar di masyarakat bahwa klorokuin merupakan obat malaria yang masih digunakan. Padahal, obat tersebut sudah tidak lagi digunakan untuk pengobatan malaria.

Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tirmizi, di Jakarta, Jumat (3/4/2020). Ia menekankan klorokuin sudah tidak lagi digunakan karena terjadi resistensi terhadap penyakit malaria.

Ia mengaku khawatir masyarakat akan menggunakan klorokuin untuk pengobatan Covid-19 secara berlebihan. Jika meminum klorokuin dengan dugaan awal Covid-19 tapi sebenarnya penyakitnya malaria, pasti demamnya akan turun sedikit.

“Tapi, malarianya gak keobati malah akan menjadi resisten malaria. Untuk penggunaan Covid-19, lanjutnya, tidak bisa hanya klorokuin saja tapi harus dibarengi obat lain seperti oseltamivir,” kata Nadia.

Klorokuin sendiri sudah dihapus dari Daftar Obat Esensial (DOEN) dan Formularium Nasional (Fornas) untuk obat malaria sejak tahun 2010. Klorokuin masih ada dalam jumlah terbatas tapi memang sudah peruntukannya untuk penyakit lupus dan berbeda dosisnya dengan pengobatan malaria.

Obat malaria yang digunakan saat ini adalah Dihidroartemisinin piperakuin (DHP) dengan Primakuin. Pada 2011 Badan POM sudah menyepakati klorokuin tidak lagi digunakan untuk pengobatan malaria. Bahkan pada leaflet klorokuin sudah dinyatakan indikasinya tidak untuk malaria.

Prinsipnya penggunaan klorokuin yang tidak sesuai peruntukannya akan berpotensi menyebabkan resistensi terhadap malaria. Sehingga eliminasi Malaria 2030 tidak tercapai. Posisi saat ini di 300 kabupaten/kota sudah eliminasi.

“Sebanyak 214 kabupaten/kota yang belum mencapai eliminasi. Takutnya dengan kondisi Covid-19 ini untuk daerah yang belum eliminasi dan memang cenderung bahwa penyakit utamanya adalah malaria dan bukan karena Covid-19 tidak terjadi eliminasi malaria. Ini yang harus diwaspadai,” kata Nadia. (Foto: Kemenkes)