Menristek: Penyebab Radioaktif di Batan Indah Bukan Akibat Kebocoran Reaktor

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 19 Februari 2020 | 01:35 WIB - Redaktur: Isma - 1K


Jakarta, InfoPublik – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro  menegaskan, penyebab kontaminasi zat radioaktif di tanah kosong Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) bukan karena kebocoran fasilitas nuklir yang ada di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong.

Meurut Menristek, fasiltas reaktor riset di Puspiptek berjalan sangat baik. Pengawasan terhadap aktivitas reaktor dan pekerjaan di tempat tersebut,  juga dilakukan dan berjalan dengan baik.

“Jadi sekali lagi, kontaminasi itu bukan akibat kebocoran fasilitas reaktor riset nuklir di Puspiptek,” kata Menristek menegaskan pada acara konferensi pers terkait paparan radiasi di Batan Indah, Tangsel di Kantor Kemenristek/BRIN Jakarta, Selasa (18/2/2020).

Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan, bahwa kontiminasi tersebut bukan dari kebocoran reaktor. Pihaknya sudah lama memasang  sembilan detektor pemantau radiasi di kompleks Puspiptek Serpong dan tidak ada notifikasi atau pemberitahuan adanya kebocoran.

Ketika tim monitoring memeriksa kawasan lain dengan mobile detector menemukan  tingkat radiasi tinggi di tanah kosong di Perumahan Batan Indah. Padahal jarak komplek Batan Indah dengan reaktor riset nuklir di Puspiptek Serpong sangat jauh sekitar tiga kilometeran.

Jazi menegaskan, peristiwa tersebut tidak diklasifikasikan kecelakaan nukilir, namun diklasifikasikan  pencemaran limbah radioaktif ke lingkungan. ”Jadi kondisi ini bukan kecelakaan atau kedaruratan nuklir. Ini jauh sekali kalau dibandingkan dengan kecelakaan nuklir Chernobyl atau Fukusima skalanya,” terangnya.

Ia menambahkan, proses clean up atau pembersihan tanah dan vegetasi yang terkontaminasi pun terus dilakukan. Limbah radioaktf hasil pembersihan dan dekontaminasi ini dikirim ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan di Puspiptek Serpong.

Menurutnya, pemanfaatan nuklir di Indonesia baik dibidang kesehatan maupun industri diawasi ketat oleh Bapeten. Ada sekitar 14.000 pemegang izin pemanfaatan nukkir di Indonesia. Monitoring rutin terus dilakukan  yang meliputi asal muasal nuklir apakah dari impor, saat memanfaatkan, hingga menjadi limbah  dan dilimpahkan ke PTLR Batan. Bahkan  dalam transportasi ketika limbah nuklir dipindahkan ke tempat lain.

Saat ini, pihaknya bekerja dengan pihak kepolisian  untuk melakukan investigasi guna mengetahui mengapa, siapa pihak yang terkait dengan adanya  Cs-137 di Batan Indah tersebut.

Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan, dalam kesempatan tersebut juga mengungkapkan, Batan terus membantu Bapeten melakukan pembersihan di lokasi tersebut. Menurutnya, dari temuan awal hingga pembersihan saat ini, Selasa (18/2) tingkat radiasi di tanah kosong Batan Indah sudah menurun.

Ketika ditemukan, radiasi di hotspot mencapai 140 mikrosievert per jam, dan setelah dilakukan pembersihan tingkat radiasi menjadi 28 mikrosievert per jam. “Daerah sekitar sudah bisa digunakan warga setempat untuk beraktivitas,” kata Anhar.

Saat ini, hanya sekitar 33 meter persegi area tanah kosong  yang masih dibatasi. Hingga Selasa (17/2) jumlah drum yang terisi tanah kerukan dan vegetasi terkontaminasi  radioaktif mencapai 172 drum.

Sementara itu, hasil uji terhadap 9 warga Batan Indah juga masih diteliti Pusat Teknologi Keselamatan dan Meteorologi Radiasi (PTLMR) Batan dan akan selesai 2-3 haru lagi.

Disebutkan, pada dasarnya di alam dan di dalam tubuh manusia mengandung radioaktif. Di dalam tubuh manusia radioaktif berupa  kalium 40. Dari hasil pemeriksaan nanti akan dilihat seberapa besar radiasi yag ada di dalam tubuh 9 warga yang diuji dan akan dikonsultasikan dengan kedokteran nuklir.