Presiden: Tidak Terasa Sakit Saat Divaksin COVID-19

:


Oleh Tri Antoro, Rabu, 13 Januari 2021 | 20:41 WIB - Redaktur: Untung S - 567


Jakarta, InfoPublik - Presiden Joko Widodo menyatakan, tidak mengalami rasa sakit ketika disuntikkan vaksin COVID-19 pada vaksinasi perdana di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1/2021).

Vaksin yang disuntikkan kepada Presiden Joko Widodo merupakan vaksin yang sama untuk seluruh masyarakat dari PT Sinovac Biotech Ltd yang berasal dari Tiongkok.

"Enggak, enggak terasa apa-apa. Waktu suntik ya. Tapi setelah dua jam tadi agak pegal sedikit,” ujar Presiden melalui siaran virtual.

Sehatnya Presiden, pasca vaksinasi membuktikan bahwa vaksin Sinovac terbukti aman ketika disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Dengan begitu, Ia berharap seluruh masyarakat ikut berpartisipasi dalam vaksinasi nasional yang dilakukan selama beberapa waktu ke depan.

Tujuannya, dengan vaksinasi yang dilakukan dapat mencegah dari terinfeksi wabah global COVID-19. "Nanti seluruh rakyat bersedia divaksin karena ini adalah upaya kita untuk bebas dari pandemi," katanya.

Kemudian, Presiden mengimbau, seluruh pihak yang telah menerima vaksin COVID-19 untuk tetap berdisiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, rutin mencuci tangan, menjaga jarak, serta menghindari kerumunan.

“Ingat, walaupun sudah divaksin, nantinya kita tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Yang paling penting itu,” imbaunya.

Diketahui, vaksin COVID-19 dari Sinovac ini telah mendapat izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pada Senin (11/1/2021).

Izin dikeluarkan dengan mempertimbangkan hasil uji klinis tahap ketiga di Indonesia, Turki, dan Brasil. Vaksin Sinovac telah sesuai standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi di atas ambang batas WHO sebesar 50 persen. Berdasar data uji klinis tahap ketiga di Bandung, efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen. Sedangkan di Turki 91,25 persen, dan di Brazil 78 persen.