Presiden Jokowi Instruksikan Kerja Keras di Masa Krisis

:


Oleh Tri Antoro, Rabu, 8 Juli 2020 | 22:01 WIB - Redaktur: Untung S - 391


Jakarta, InfoPublik - Presiden Joko Widodo instruksikan, seluruh instansi pemerintah dapat bekerja lebih keras. Karena dampak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang membuat kondisi krisis di bidang kesehatan dan ekonomi.

"Pada kondisi krisis, kita harusnya kerja lebih keras lagi. Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras dan kerja lebih cepat," Presiden Jokowi melalui siaran konferensi pers pada akun Youtube Setkab, Rabu (8/7/2020).

Presiden memberikan contoh, pada masa pandemi seperti saat ini instansi pemerintah harus mampu bekerja keras. Dalam merumuskan berbagai kebijakan seperti Peraturan Menteri (Permen) dan Peraturan Pemerintah (PP) dengan waktu yang relatif sangat singkat.

"Itu yang saya inginkan pada kondisi sekarang ini. Membuat Permen yang biasanya mungkin dua minggu ya sehari selesai, membuat PP yang biasanya sebulan ya dua hari selesai," katanya.

Selanjutnya, lanjut Presiden, seluruh instansi pemerintah tidak hanya bekerja dengan menggunakan cara-cara yang biasa dalam mengatasi krisis. Harus membuat terobosan dalam melaksanakan prosedur kerja di lapangan, misalnya dengan menerapkan terobosan dengan mementingkan kemudahan.

"Kita harus ganti channel dari ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara cepat dan cara-cara yang sederhana," tuturnya.

Di bidang ekonomi, Presiden menyebut bahwa prediksi ekonomi dunia juga kurang menggembirakan. Menurut informasi yang Presiden terima dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6 persen.

"Kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan," imbuhnya.

Kontraksi ekonomi tersebut sudah dialami oleh Indonesia di kuartal pertama, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 2,97 persen, turun dari yang biasanya 5 persen. Meskipun angka di kuartal kedua belum keluar, tetapi Presiden mengingatkan agar jajarannya berhati-hati mengingat terdapat penurunan permintaan, penawaran, dan produksi.

"Dari demand, supply, production, semuanya, terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok, terganggu. Mal ditutup, lifestyle anjlok, terganggu," tandasnya.