ESDM: NTT  Berpotensi Jadi Tempat Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

:


Oleh Eko Budiono, Selasa, 20 Oktober 2020 | 12:53 WIB - Redaktur: Untung S - 621


Jakarta, InfoPublik - Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) melakukan penelitian dalam rangkaian rangkaian pra feasibility study atau studi kelayakan (pra FS) pemanfaatan arus laut dalam pembangkit listrik tenaga arus laut, di Selat Pantar, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tim saat ini telah menyelesaikan tahapan pengunduhan data kecepatan arus (sementara) dari alat ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) untuk mendapatkan data kecepatan arus laut selama 30 hari atau 1 bulan di Selat Pantar, Nusa Tenggara Timur.

Salah satu lokasi yang memiliki potensi energi laut cukup besar adalah perairan Selat Pantar, NTT. Berdasarkan penelitian P3GL pada 2011, selat ini memiliki kecepatan arus rata-rata cukup deras, sekitar 2 m/s, sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pembangkit listrik.

Lokasi Selat Pantar dipilih karena berada di luar Pulau Jawa, sesuai dengan kegiatan prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS 2020-2024).

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangannya, Selasa (20/10/2020), hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan pemerintah pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, PT PLN, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi, dan Independen Power Producer (IPP).

Hasil kegiatan ini juga diharapkan akan mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 dalam kegiatan prioritas bidang energi, khususnya pemanfaatan energi baru terbarukan dari laut. Studi ini juga diharapkan dapat mendukung pencapaian target 23% bauran EBT pada tahun 2025 melalui penelitian potensi dan kajian teknologi pemanfaatan energi arus laut.

Pada tahun 2016, P3GL telah mengolah data kecepatan arus di sejumlah selat yang potensial di perairan Indonesia. Kecepatan arus yang besar umumnya berada di perairan sekitar Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Kecepatan arus berkisar dari 0,6 hingga 3,5 m/s. Kecepatan arus lebih dari 2m/s terdapat di Selat Pantar, Lombok, Toyapakeh, Larantuka, Alas, Molo, Sunda, dan Boleng. Secara umum, tipe pasang surut (pasut) di perairan Indonesia adalah tipe pasut semidiurnal. Artinya dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut.

Data sekunder ini dijadikan referensi awal untuk memahami kondisi daerah penelitian, sehingga memudahkan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lapangan.

Tim juga melakukan Recognize sebelum pelaksanaan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana yang ada. Penelitian lapangan dititikberatkan pada penelitian kecepatan arus laut selama satu bulan.

Metode pelaksanaan akuisisi data survei ini mengacu pada standar European Marine Energy Center, 2009. Pengumpulan data sekunder penelitian ini meliputi data pasang surut, peta geologi, peta topografi, peta batimetri, dan berbagai data dari penelitian terdahulu dan dari berbagai instansi lainnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM tengah menyiapkan kegiatan evaluasi di delapan lapangan panas bumi.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM Kementerian EDM Dadan Kusdiana menyatakan, lapangan Cikakak 1 dan Cikakak 2 sebagai bagian dari lapangan Cisolok di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akan menjadi tahap awal kegiatan evaluasi. Proses penentuan lokasi ini berdasarkan data dari Badan Geologi.

Dadan menyoroti proses pelaksanaan evaluasi dengan memperhitungkan potensi risiko dan mitigasi.

"Potensi kendala yang mesti diantisipasi antara lain kekurangan data, belum tersedianya peralatan atau perangkat lunak yang dibutuhkan, perubahan lokasi lapangan panas bumi, dampak Covid-19 serta pendanaan", kata Dadan. (Foto: Kementerian ESDM)