Kementerian ESDM Eksplorasi Panas Bumi di Sukabumi

:


Oleh Eko Budiono, Sabtu, 15 Agustus 2020 | 20:49 WIB - Redaktur: Untung S - 301


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan  pengeboran eksplorasi panas bumi di wilayah Cisolok-Cisukarame, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada 2021.

WKP Cisolok Cisukarame meliputi wilayah 15.580 hektar, secara administratif berada di Desa Cisolok Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Tim Kementerian ESDM yang terdiri atas Badan Litbang ESDM, Badan Geologi dan Direktorat Jenderal EBTKE telah membahas program kerja rencana eksplorasi panas bumi di wilayah kerja panas bumi tersebut dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

Menurut Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Iman Sinulingga, menuturkan program ini merupakan tindak lanjut upaya government drilling untuk mengurangi risiko eksplorasi panas bumi.

Ini merupakan salah satu skema mengembangkan eksplorasi panas bumi agar lebih menarik minat investor. Faktor risiko sudah diambil alih pemerintah, sehingga mampu menurunkan harga jual listrik dari panas bumi.

"Risiko pengembangan panas bumi di hulu yang selama ini ditanggung investor, kini menjadi tanggung jawab pemerintah," kata Iman, dalam keterangannya, Sabtu (15/8/2020).

Sebagai langkah awal, tim Kementerian ESDM bersinergi untuk menyiapkan infrastruktur dan perizinan pengeboran eksplorasi WKP Cisolok Cisukarame yang rencananya dimulai pertengahan 2021.

Kegiatan ini diharapkan memberikan multilayer effect bagi pemerintah daerah, masyarakat, serta stakeholder terkait.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menegaskan pentingnya akselerasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dalam mengantisipasi krisis ekonomi dan krisis energi.

Banyak negara juga melakukan berbagai langkah antisipatif dalam mengembangkan EBT, terutama India.

"India sudah melakukan banyak program dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga konsumsi batu bara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," kata Arifin.

Salah satu sumber EBT yang menjadi sorotan Arifin untuk bisa dikonversi sebagai listrik adalah bioenergi.

Sumber energi tersebut memiliki potensi 32,6 Giga Watt (GW), akan tetapi baru terealisasi sebesar 5,8 persen atau 1.895,7 Mega Watt (MW).

"Bioenergi sangat penting ke depan, terutama nanti kalau minyak habis, gas sedikit. Bioenergi ini adalah salah satu andalan kita. Kita jangan berpikir sekarang, tapi ke depan pada saat minyak mahal, kita akan memanfaatkan bioresources ini," katanya.(Foto: Kementerian ESDM)