BPH Migas Harap Harga BBM Turun

:


Oleh Eko Budiono, Jumat, 8 Mei 2020 | 22:24 WIB - Redaktur: Untung S - 350


Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) M Fanshurullah Asa, menyatakan dukungan kepada masyarakat yang menginginkan harga bahan bakar minyak (BBM) turun, mengikuti harga minyak dunia yang anjlok akibat pandemi virus corona (Covid-19).

"Kalau kami maunya sebagai keadilan masyarakat ya diturunkan juga dong biar masyarakat bisa menikmati," ujar Fanshurullah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/5/2020).

Namun, Fanshurullah mengatakan, BPH Migas tak bisa menuruti permintaan itu lantaran diluar wewenangnya. Lembaga disebutnya hanya bisa memastikan ketersediaan BBM.

"BPH migas tidak dalam fungsinya menetapkan harga BBM dan gas. Kita hanya jamin distribusi BBM. Itu tugas Kementerian ESDM," ujarnya.

Dia menilai hal wajar dengan langkah pemerintah yang masih mempertahankan harga jual BBM meski harga minyak dunia tengah goyang di tengah penyebaran virus corona.

"Tapi keputusan pemerintah pasti memperhatikan berbagai aspek, baik ekonomi, hukum, dan sebagainya," tuturnya.

Kendati demikian, BPH Migas tetap akan menjaga distribusi BBM di seluruh wilayah Tanah Air dengan memperhatikan protokol pencegahan penyebaran Covid-19. "Distribusi BBM tetap harus dijalankan, tak boleh ada yang tutup. Tapi tetap harus jalankan protokol, pakai masker, jaga jarak dengan pembeli, kalau bisa pembayaran tak pakai cash tapi pakai e-money," imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menjelaskan alasan pemerintah belum juga menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah penurunan harga minyak dunia. Menurutnya, salah satu alasan pemerintah adalah harga minyak dunia dan kurs yang belum stabil.

"Pemerintah masih menjaga harga tetap karena harga minyak dunia dan kurs masih tidak stabil serta dapat turun," kata Arifin.

Menyikapi kondisi ini, badan usaha telah melakukan aksi korporasi antara lain memberikan diskon terhadap pelanggan. "Dan dipikirkan juga para nelayan yang menggunakan solar dan LPG di daerah yang memang kesulitan biaya kerjanya," urainya.

Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak dunia yang belum stabil atau memiliki volatilitas yang cukup tinggi. Selain itu, pemerintah juga menunggu pengaruh dari pemotongan produksi OPEC+ sekitar 9,7 juta barel per hari pada Mei – Juni 2020. (Foto : Kementerian ESDM)