Agustusan Momen Populerkan Kembali Permainan Egrang

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 20 Agustus 2019 | 14:00 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 704


Sleman, InfoPublik - Banyak cara dilakukan masyarakat untuk ikut serta memeriahkan peringatan HUT ke 74 RI, dari yang formal seperti upacara bendera sampai yang bersifat hiburan seperti mengadakan berbagai macam lomba. Tak beda dengan yang lain, panitia peringatan HUT ke 74 RI di Padukuhan Suruh dan Jetis Suruh, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman menghelat serangkaian kegiatan lomba untuk anak, remaja dan dewasa dengan mengambil tempat di Embung Jetis Suruh, Minggu (18/8/2019).

Hal yang unik, pada acara ini digelar lomba egrang, yaitu permainan tradisional  menggunakan 2 batang bambu dengan ketinggian sekitar 2 meter, lalu beberapa centimeter di atas tanah dipasang pijakan terbuat dari potongan bambu dengan ukuran melebihi panjang kaki. Lewat pijakan ini peserta berjalan atau berlari. Kunci utama bermain egrang adalah menjaga keseimbangan badan, tanpa bisa menjaga keseimbangan maka pemain akan sering jatuh.

Dani Prasetyo, ketua panitia mengatakan bahwa lomba egrang sengaja dimasukkan ke dalam agenda kegiatan agar anak anak kembali mengenal permainan tradisional yang hampir punah.

“Keberadaan mainan modern seperti playstation, game watch atau ratusan bahkan ribuan permainan yang ada di gadget telah menguasai anak-anak jaman sekarang, bahkan di antara mereka ada yang ketagihan, anak menjadi individualis dan hampir tidak mengenal lingkungan sekitar,” ujar Dani.

Dengan egrang, Dani berharap anak-anak kembali mengenal permainan tradisional yang pernah berjaya pada jaman dulu.

”Selain itu anak akan menjalin pertemanan sehingga lebih interaktif dengan lingkungan sekitar,” tambah Dani.

Sementara itu Mbah Sugiono (79 tahun) generasi sepuh, tokoh masyarakat yang ikut menyaksikan jalannya pelombaan mengisahkan telah mengenal egrang sejak kecil atau pada saat jaman penjajahan.

“Saya tidak tahu sejak kapan egrang itu ada, yang jelas dulu harus membuat sendiri dari bambu apus atau wulung, yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di pinggir sungai. Dulu egrang biasa dimainkan saat menggembala ternak,” kata mbah Sugi, panggilan akrabnya. Menurut Mbah Sugi permainan egrang mempunyai nilai filosofi yang tinggi.

“Bermain egrang dibutuhkan tekad dan rasa percaya diri yang kuat serta keberanian untuk jatuh, ketika kita mulai menaiki pijakan untuk melangkan tidak boleh ragu-ragu akibatnya bisa terjatuh dan tatkala sudah stabil pun keseimbagan harus tetap dijaga. Kadang berjalan maju atau mundur semata untuk menjaga agar tetap berdiri pada pijakan,” paparnya. (KIM Ngaglik/Upik Wahyuni)