Tembus Sejuta SID, Menko Perekonomian Apresiasi Perluasan Akses Pasar Modal

:


Oleh lsma, Sabtu, 24 Agustus 2019 | 10:10 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 446


Ambon, InfoPublik - Di tengah ketidakpastian dan pelemahan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren peningkatan sejak tahun 2015, dengan pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 5,17%. Namun pada kuartal kedua tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 5,05%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 5,27%, sejalan dengan perlambatan ekonomi global.

Pertumbuhan ekonomi tersebut juga diiringi dengan kualitas yang semakin baik seperti tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan tingkat ketimpangan yang disertai dengan laju inflasi yang rendah.

“Itu sebenarnya kinerja yang tidak mudah, hanya ada beberapa negara di dunia yang bisa menciptakan pertumbuhan dengan stabilitas harga diiringi dengan penurunan rasio gini secara terus menerus,” ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution, dalam siaran pers yang diterima di Ambon, Jumat (23/8/2019).

Menko Perekonomian Darmin Nasution juga menambahkan bahwa kondisi perekonomian yang membaik tersebut juga diiringi dengan perbaikan Sovereign Credit Rating Indonesia, dari BBB-/outlook stabil menjadi BBB/outlook stabil dari S&P.

Sejalan dengan dinamika perekonomian nasional dan global, kinerja pasar saham pada tahun ini berjalan dinamis.

“Pada akhir tahun 2018 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level 6.194 kemudian meningkat pada level tertinggi sebesar 6.548 pada Februari 2019 sebelum menurun kembali pada level terendah sebesar 5.827 pada Mei 2019, kemudian meningkat kembali ke level 6.253 pada 21 Agustus 2019. Sehingga return pasar saham Indonesia tercatat positif,” ujar Menko Darmin.

Menko Darmin juga menyampaikan bahwa setelah 42 tahun diaktifkannya kembali pasar modal pada 15 Agustus 1977, tepat pada tanggal 15 Agustus 2019 lalu pasar modal Indonesia menerima kado indah di hari ulang tahunnya. Jumlah Single Investor Identification atau SID saham tercatat 1.000.049 orang, melampaui angka milestone satu juta.

“Perkembangan pasar modal pada tahun 1977 dari sisi nilai kapitalisasi masih relatif kecil, Rp2,73 miliar. Namun setelah 42 tahun berdiri, per 21 Agustus 2019 nilai kapitalisasi tumbuh 2.628 kali lipat dengan nilai sebesar Rp7.172,7 triliun,” Darmin melanjutkan.

Sementara itu, pada periode yang sama IHSG telah tumbuh 6.280%. Semula 98 poin di tahun 1977 tumbuh menjadi 6.252,97 poin pada 21 Agustus 2019.

Darmin mengungkapkan bahwa berbagai kebijakan dan strategi turut dilakukan dalam rangka memperkuat pasar modal di Indonesia. Pasar Modal Indonesia yang kuat tentunya harus diiringi dengan supply dan demand yang sama-sama kuat.

“Dari sisi supply, upaya meningkatkan jumlah emiten dilakukan dengan menyederhanakan kebijakan dan mempercepat prosedur perijinan IPO. Sedangkan dari sisi demand, kita permudah dan percepat transaksi investor di pasar modal,” Darmin melanjutkan.

Kegiatan Capital Market Summit dan Expo 2019 ini mengusung tema “Memperluas Layanan dan Memperkuat Perlindungan Pasar Modal untuk Semua”. Tema tersebut sejalan dengan kebijakan strategis pengembangan pasar modal yakni kemudahan bagi investor, dengan mengakselerasi percepatan pembukaan rekening efek untuk meningkatkan basis investor di pasar modal melalui simplifikasi pembukaan rekening efek.

“Dengan kemudahan ini pembukaan rekening efek yang sebelumnya membutuhkan waktu beberapa hari kini dapat dipersingkat menjadi sekitar 30 menit,” ujar Darmin.

Upaya pengembangan pasar modal juga dilakukan dengan memberikan kemudahan bagi calon emiten dalam proses Go Public melalui pengintegrasian sistem penyampaian dokumen penawaran umum yang ditujukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan dokumen pencatatan efek pada bursa efek.

Selain itu juga dengan mempermudah perusahaan skala kecil dan menengah untuk memperoleh pendanaan dari pasar modal. Salah satunya dengan menerapkan segmentasi pendanaan di pasar modal berdasarkan ukuran perusahaan yang membutuhkan dana.

“Saat ini sedang dikaji kebijakan relaksasi kewajiban bagi perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah yang telah menjadi emiten, tanpa mengurangi kualitas keterbukaan informasi yang perlu diketahui oleh investor,” ujar Darmin.

Kebijakan-kebijakan strategis tersebut juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), selain upaya Pendalaman Sektor Keuangan yang berjalan sebelumnya.

Peningkatan inklusi keuangan melalui ketersediaan akses terhadap berbagai layanan dan produk keuangan akan mendorong pelaku usaha untuk melakukan inovasi, efisiensi maupun investasi. Aktivitas dari pelaku usaha ini akan terkonversi menjadi sebuah output dalam perekonomian dan dalam jangka panjang akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi serta mengurangi ketergantungan modal jangka pendek (short term capital inflows).

Sembari membuka acara Capital Market Summit and Expo 2019, Menko Darmin berharap bahwa agar kedepannya pasar modal dapat diakses bagi semua kalangan, bukan hanya yang tinggal di “atas awan”.

Turut hadir dalam acara ini Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso serta para penggiat pasar modal.