Indonesia Bisa Belajar dari Negara Yang Sukses Pindahkan Ibukotanya

:


Oleh Yudi Rahmat, Rabu, 10 Juli 2019 | 13:30 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 554


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional(PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia bisa belajar dari negara lain yang sukses memindahkan ibu kotanya.

Bambang menyebutkan dalam 100 tahun, ada 30 negara yang sukses memindahkan ibu kotanya yaitu Brasil (Brasilia), Malaysia (Putrajaya), KoreaSelatan (Sejong), Kazakhstan (Astana), dan Australia (Canberra). Sedangkan negara besar lainnya seperti Mesir, Iran dan Liberia sedang dalam tahapan membangun ibu kota barunya.

"Sejarah mencatat bahwa setiap 3-4 tahun sekali terjadi pemindahan ibu kota negara. Kini, bahkan dalam 2 tahun sekali terjadi perpindahan ibu kota negara," ujar  Bambang dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk "Pindah Ibu Kota Negara: Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat", di Ruang Rapat Benny S Mulyana, Kementerian PPN/Bappenas, di Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Kepala Bappenas menambahkan, Indonesia bisa melajar dari negara yang memiliki kesamaan padahal tempatnya jauh seperti Brasil."Kita sama sama negara anggota G-20. Brasil dan Indonesia dikenal sebagai memiliki PDB terbesar. Wilayah Indonesia dan Brazil juga masuk terbesar di dunia. Indonesia adalah egara kepulauan. Brasil adalah negara kontingen. Pemindahan ibu kota bukan hal baru, sering dilajukan juga oleh berbagai negara. Salah satunya adalah Brasil dari Rio de Janeiro ke Brasilia."ungkapnya

Pembelajaran positif dari pemindahan ibu kota di negara-negara tersebut? menurut Bambang, pembelajaran dari Brasil yaitu dengan motivasinya untuk memperbarui kebanggaan nasional dengan membangun ibu kota yang modern di abad 21. Selanjutnya meningkatkan kesatuan nasional dengan membuka lahan kosong di tengah-tengah Brasil.

Bambang melanjutkan bahwa pemindahan ibu kota Brasil ini juga tidak meremehkan resiko politik kebutuhan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan dalam 5 (lima) tahun mengakibatkan kompromi yang serius dari rencana awal.

Menurutnya, perhitungan yang realistis terhadap biaya menjadi kunci utama dimana land value di Brasilia naik lebih lambat dari yang diperkirakan, mengakibatkan pengeluaran pemerintah yang sangat besar untuk membangun kota baru.

Selanjutnya merencanakan untuk peduduk dari semua lapisan masyarakat."Perencanaan telah disusun dengan baik, namun pelaksanaan yang tergesa-gesa mengakibatkan penjualan superblok tidak teratur dan berpihak kepada penawar tertinggi," tambahnya.

Lalu menanamkan modal investasi pada infrastruktur nasional."Infrastruktur dapat memberikan dampak positif terhadap pemerataan pembangunan,"kata Bambang. 

Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Menteri PPB/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Duta Besar LBBP RI untuk Brasil (2010-2015) Sudaryomo Hartosudarmo, dan Duta Besar Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa.