Antisipasi Gejolak Harga, Kementan Kembangkan Pasar Lelang Cabai di 20 Kabupaten

:


Oleh Baheramsyah, Selasa, 25 Juni 2019 | 21:44 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 601


Jakarta,InfoPublik -- Guna mengantisipasi gejolak harga dan untuk mendapatkan harga tinggi, Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengembangkan pasar lelang cabai di 20 kabupaten.

Dari 20 kabupaten tersebut, yang sudah berjalan sudah ada di 13 kabupaten, diantaranya di Sleman, Kulon Progo, Temanggung, Magelang, Karanganyar dan Tuban.

Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura, Suwandi mengatakan, pasar lelang ini digelar tiap sore. Manfaat pasar lelang (cabai, red) cukup banyak. Diantaranya membantu petani mendapatkan harga yang tertinggi.

“Selain itu, pasar lelang ini juga membantu menjaga pasokan dan harga di tingkat petani,” ujar Suwandi, di sela Halal Bihalal yang digelar Asbenindo, di Hotel Aston TB Simatupang Jakarta (25/6/2019).

Menurut Suwandi, petani yang ikut pasar lelang bisa mendapatkan kepastian harga pada sore itu juga. Sebab, tiap sore hasil panennya bisa dibawa ke pasar lelang yang sudah disepakati bersama antar pembeli dan petani.

“Nantinya penawar tertinggi yang diterima dalam lelang tersebut. Petani juga bisa memanfaatkan WhatsApp (WA) untuk mendapatkan informasi berapa harga tertinggi cabai sore itu,” jelas Suwandi.

Suwandi mengatakan, pasar lelang yang sudah dikembangkan di 13 kabupaten tersebut rata-rata sudah berjalan dengan baik.

Seperti di Magelang dan Sleman, fasilitas tempat untuk lelangnya sudah bagus. Bahkan, di dua tempat itu petani bisa menggunakan WA untuk mendapatkan harga tertinggi.

“Jadi, kalau semua petani sudah mengikuti pasar lelang, mereka akan mendapatkan harga paling tinggi. Contohnya, petani di 17 kecamatan di Sleman bisa mendapatkan harga yang sama. Setelah itu, cabai yang dilelang baru dikirim ke daerah lain, seperti Pasar Induk Kramat Jati dan sejumlah daerah di luar Jawa,” papar Suwandi.

Menurut Suwandi, pasar lelang yang dikembangkan Kementan bisa memangkas rantai pasok, dari 8 titik menjadi tiga titik.

Sehingga, petani tak hanya mendapatkan harga tinggi (tertinggi). “Karena itu tak ada gejolak harga di tingkat petani. Nah, petani bisa mengembangkan pasar lelang melalui koperasi atau wadah apapun namannya, yang penting sudah ada kesepakatan antara mereka dengan pelaku usaha,” jelas Suwandi.

Suwandi juga mengungkapkan, sistem pasar lelang ini mirip lelang ikan di Pelabuhan Perikanan Indonesia. Karena itu, sejumlah komoditas horti seperti sayuran penjualannya bisa dikembangkan melalui sistem ini.

“Barangnya nantinya bisa dikumpulkan di satu tempat, kemudian ada sortasi dan ditimbang. Kemudian ada biaya administrasi antara Rp 200-Rp 300/kg, untuk bayar listrik dan sebagainya. Melalui sistem ini harga di tingkat petani dijamin tak akan jatuh,” pungkas Suwandi.