Presiden: KUR untuk Biaya Produksi Pertanian

:


Oleh Baheramsyah, Minggu, 20 Januari 2019 | 15:56 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 332


Garut,InfiPublik - Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada petani bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) harus digunakan untuk menutup biaya produksi pertanian, dapat untuk membeli bibit atau membeli pupuk.

Presiden mengatakan hal itu saat berbincang-bincang dengan wakil petani, dalam acara Gerakan Mengawal Musim Tanam Oktober 2018 - Maret 2019 (Okmar 2018/2019) di Garut, Jawa Barat, Sabtu (19/1).

Presiden juga mengingatkan petani sebelum meminjam KUR ke bank harus memiliki perhitungan matang untuk apa saja dananya nanti dan kesanggupan pelunasannya.

"Saya titip, penggunaannya jangan dipakai untuk hal-hal yang konsumtif," ujar Presiden didampingi Menteri BUMN Rini M Soemarno, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Garut dipilih karena telah memasuki masa tanam dan dengan gerakan terpadu ini diharapkan dapat memastikan agar para petani mampu melakukan proses tanam sesuai jadwal tanamnya.

Gerakan Mengawal Musim Tanam (GMMT) Okmar 2018/2019 merupakan sinergi antara BNI dengan Kementerian Pertanian untuk memastikan seluruh kegiatan produksi petani dapat dikawal sedini mungkin dalam hal penyediaan seluruh sarana dan prasarana produksi pertanian. Di setiap lokasi GMMT aktivitas yang dilakukan meliputi pelaksanaan Padat Karya Tunai Normalisasi Saluran Irigasi (+/- 5 km), Penyaluran KUR & Kartu Tani serta kegiatan Tanam Massal.

GMMT Okmar 2018/2019 di Garut merupakan bagian dari kegiatan serupa yang rencananya secara simultan dilakukan di 56 titik sentra komoditas pertanian unggulan di Seluruh Indonesia.

Program lanjutan Gerakan Mengawal Musim Tanam (Okmar 2018/2019) ini dilaksanakan secara simbolis pada hamparan lahan seluas lebih dari 2 hektar (Ha) di Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut. Kawasan ini memiliki luas lahan lebih dari 2.500 Ha.

GMMT Okmar 2018/2019 merupakan bagian dari rangkaian aktivitas dalam Program Kewirausahaan Pertanian. Sejak awal proses tanam petani diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan budidaya secara tepat waktu, sehingga petani dapat berproduksi dengan baik.

Dalam periode pelaksanaan budidaya tersebut petani akan dibimbing oleh penyuluh pertanian. Sedangkan pada saat panen, hasil gabah akan diserap oleh Mitra Bumdes Bersama (MBB) dan dilakukan kegiatan Serap Gabah oleh BUMN Pangan yang ditunjuk (Bulog, PPI, Sang Hyang Seri, Pertani, RNI dan Pupuk Indonesia Pangan atau PIP).

Kabupaten Garut merupakan salah satu dari 9 titik lokasi rintisan Program Kewirausahaan Pertanian di Jawa Barat. Pelaksanaan

Kewirausahaan Pertanian di Propinsi Jawa Barat diawali dengan peresmian Kewirausahan Pertanian di Sliyeg, Indramayu pada bulan Juni 2018 oleh Presiden Joko Widodo.

"Program ini diharapkan dapat membantu petani sehingga lebih mandiri dan memiliki daya tawar lebih baik sehingga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik kepada para petani," ujar Baiquni.

Untuk menyukseskan Program Kewirausahaan Pertanian di Jawa Barat tersebut, BNI bekerjasama dengan PT Mitra Bumdes Bersama (MBB). Sampai dengan bulan Desember 2018, kegiatan Kewirausahaan Pertanian

Aktivitas yang sudah dilakukan meliputi Penyediaan Saprotan, Penyerapan Gabah Kering Panen petani sebanhak 8.099 ton, Penjualan Beras 1.169 ton, hingga Penyediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat.

Selain itu, Program Kewirausahaan Pertanian ini juga telah mengelola dan mengoperasionalkan Rice Mill Unit (RMU) modern yang sudah dibangun oleh BUMN PIC. Program Kewirausahaan Pertanian juga mampu melakukan pendataan potensi petani yang ada di area kewirausahaan pertanian sebanyak 629.000 petani.

Dalam rangka Program Kewirausahaan Pertanian ini juga dilakukan Pemberian fasilitas KUR kepada petani yang berada dalam area kewirausahaan Pertanian sebesar Rp 207 miliar kepada 9.536 petani. Untuk mempermudah apliasi KUR dan monitoring produksi pertanian telah difasilitasi dengan fasilitas digital melalui aplikasi Logistik Tani (Logtan).

Peran BNI pada gerakan ini dimaksudkan untuk memastikan agar para petani mendapatkan akses pembiayaan yang murah, mudah, disertai pendampingan selama musim tanam Oktober – Maret. Pada saat panen pun, petani dipastikan akan mendapatkan pembeli siaga atau Offtaker bagi petani sektor tanaman pangan di berbagai daerah sentra pangan di Indonesia. Program ini dilaksanakan dengan sinergi antar BUMN dan Kementerian Pertanian.

Achmad Baiquni menyatakan, gerakan tersebut merupakan wujud kontribusi BNI untuk mensejahterakan petani, melalui penyediaan akses permodalan yang mudah dan murah di sektor pertanian dan perkebunan. Gerakan ini diharapkan menjadi salah satu penopang program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas petani, pemerataan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan.