INACA Gelar RUA 2018, Jawab Tantangan Dunia Penerbangan

:


Oleh Dian Thenniarti, Selasa, 23 Oktober 2018 | 05:54 WIB - Redaktur: Juli - 902


Jakarta, InfoPublik - Kinerja industri penerbangan semakin menghadapi tantangan di 2018 ini, dengan naiknya harga avtur dan penguatan dolar AS terhadap rupiah, serta beberapa faktor lainnya yang memengaruhi, khususnya bagi penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal (charter).

Terkait hal itu Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carrier Association/INACA), selaku asosiasi pelaku industri penerbangan Indonesia dituntut terus melakukan pembenahan yang menempatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penerbangan sebagai aspek yang paling utama.

"Untuk itu INACA akan menggelar Rapat Umum Anggota (RUA) tahunan guna membahas tantangan yang dihadapi industri penerbangan nasional yang semakin kompetitif, sekaligus membangun sinergi seluruh pemangku kepentingan industri aviasi nasional dalam menyikapi perkembangan industri 4.0 saat ini," ujar , dalam keterangannya di Jakarta, Senin (22/10).

Tengku berharap, RUA INACA 2018 yang akan berlangsung di Jakarta pada Kamis 25 Oktober 2018, mengusung tema Managing The Dynamic Challenges in the (National) Aviation Industry dapat menciptakan kerja sama dalam merumuskan jawaban untuk perkembangan sektor penerbangan.

Sesuai rencana, RUA INACA 2018 akan dibuka Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi, Ketua Umum INACA IG. N. Askhara Danadiputra, serta Ekonom Indonesia, Cyrillus Harinowo sebagai pembicara tamu.

Selain itu, sejumlah tokoh industri penerbangan Nasional juga akan hadir sebagai panelis seminar, yaitu Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I, Devi Suradji; Direktur Operasi dan Teknik PT Angkasa Pura II Djoko Murdjatmojo, Direktur Utama AirNav lndonesia Novie Riyanto; Pengamat Penerbangan Alvin Lie, dan Direktur Utama Citilink lndonesia Juliandra Nurtjahjo.

Lebih lanjut Tengku menjabarkan, dalam RUA INACA 2018 nanti, juga akan membahas perkembangan kargo udara yang sedang bertumbuh terlebih untuk wilayah timur Indonesia yang menjadi fokus pembangunan pemerintah saat ini.

"Sudah saatnya untuk memberikan perhatian tersendiri lebih untuk kargo udara mulai dari konektivitas di wilayah Timur Indonesia serta kegiatan kargo dari dan ke luar negeri," ujar Tengku Burhanuddin. 

Ia menjelaskan, pemilihan tema Rapat Umum Anggota 2018 ini didasarkan pada kondisi dan perkembangan industri penerbangan tanah air saat ini, yang sedang menghadapi era revolusi industri 4.0 yang benar-benar baru, dan bagaimana menyikapinya untuk terus memberikan dampak positif bagi operator dan pengguna jasa.

Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA) memperkirakan, pada 2035 Indonesia akan mengangkut 250 juta pemakai jasa penerbangan per tahun, dan menduduki posisi kelima dari 10 besar dunia pasar penumpang angkutan udara.

"Melihat potensi ini, dan yang tengah dilakukan pemerintah, mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur, kemudahan perizinan rute, penyesuaian tarif penerbangan terkait kenaikan harga Avtur dan penguatan dolar AS terhadap rupiah, hingga penataan air traffic yang efektif, maka perusahaan penerbangan tanah air dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk bersaing di pasar global," ujarnya.