Makan Enak dan Sehat di Warung Rakyat Bernuansa Jadoel

:


Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Senin, 20 April 2020 | 18:17 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 1K


Temanggung, InfoPublik - Aneka makanan dari masakan rumahan tertata rapi dalam nampan-nampan di atas meja besar sebuah warung yang ada di seberang Kantor Telkom, Jalan Jenderal Soedirman Temanggung.

Ada tahu bacem, telur ceplok bebek, aneka gorengan berukuran besar, sayur tongkol, lele, sayur gori atau nangka muda. Nampak pula nampan-nampan berisi aneka jajanan khas Temanggung, seperti klepon, pisang goreng dan entho cothot. Toples-toples cantik dari kaca tebal bernuansa kuno berisi berbagai jenis kopi instan dan aneka kerupuk berjajar rapi dibagian tengah, disela makanan.

Warung ini dikenal dengan sebutan Warung Rakyat karena selalu ramai dikunjungi orang dan semua kalangan makan di warung ini. Harga makanannya pun merakyat atau terjangkau kantong rakyat alias murah meriah. Ada pula yang menyebutnya sebagai Warung Jadoel atau Djadoel karena nuansa kuno dan tradisional yang dihadirkan warung ini.

Pemiliknya, Siti Sukastiah (67 Th), merupakan generasi ketiga yang mengelola warung ini. Warung Rakyat ini sudah berdiri sejak sekitar tahun 1.800-an. Ketika itu masih jaman penjajahan Belanda, sehingga warung ini adalah yang pertama berdiri di daerah Temanggung. Hingga sekarang warung ini masih bertahan, meski ditengah persaingan dengan warung makan baru lainnya.

"Salah satu keistimewaan warung ini, semua makanan yang disuguhkan itu dijamin tanpa 'micin' atau penyedap rasa yang mengandung 'Monosodium Glutamat' (MSG). Namun begitu, rasa makanan tetap terjamin,"jelas perempuan yang akrab disapa Mak Tik ini.

Diceritakan Mak Tik, generasi pertama warung itu adalah neneknya yang namanya tidak dia ingat. Generasi pertama mengelola warung hingga tahun 1940-an. Lalu generasi kedua adalah ibu kandungnya, yakni Almarhum Dulah Rujini yang mengelola warung sejak masa pendudukan Jepang, hingga tahun 1985.

Sebelum Dulah Rujini meninggal, Siti Sukastiah yang waktu itu usianya masih belasan tahun sudah membantu mengelola warung dan berlatih memasak sesuai resep dari generasi sebelumnya. Dengan demikian, cita rasa makanan di warung ini tidak berubah.

"Kami juga masih mempertahankan rasa dan jenis makanan yang dijual sejak dari pertama kali warung berdiri, hingga saat dipegang generasi kedua dan ketiga. Terutama kami tidak menggunakan penyedap rasa micin dalam memasak supaya yang makan tetap sehat," ujar Mak Tik.

Warung ini buka selama 24 jam, dengan masakan yang selalu baru dan fresh, sehingga memanjakan lidah pengunjungnya. Harga makanan di sini pun sangat terjangkau. Untuk tahu dan tempe bacem berukuran besar dijual Rp 3.000. Satu porsi makanan berisi nasi, lauk dan sayur dijual dengan harga antara Rp 7.000-8.000. Kue-kue tradisional dan gorengan dihargai masing-masing Rp 1.000.

"Kami menambah menu khusus seperti brongkos sapi, opor dan sup ayam untuk malam hari. Siang ada menu harian seperti sayur lodeh, buntil, petai rebus, sayur tahu dan kentang, sayur tongkol dan ayam. Semua dimasak dengan santan sehingga gurih,"ujar Mak Tik.

Pelanggan warung rakyat ini tidak hanya dari daerah Temanggung. Ada pula yang datang dari luar daerah, seperti Magelang, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta juga menyempatkan diri ke warung itu.

Dalam sehari warung ini memasak 20 kilogram beras pada hari biasa. Jika musim panen tembakau memasak 25 kilogram beras per hari dan semuanya habis terjual. Untuk menu tahu bisa terjual tiga papan per hari, tiap papan berisi 36 biji. Untuk tempe bisa menghabiskan 50 lembar per hari.

Kekhasan lainnya di warung ini adalah rasa teh dan kopi yang nikmat. Warung milik Mak Tik ini menggunakan teh tambi dipadu gula aren, sehingga rasanya khas. Begitupun kopi menggunakan kopi produksi Temanggung yang juga diberi gula aren.

Regina, salah seorang pengunjung dari Magelang mengaku kerap mampir makan di warung rakyat ini lantaran rasa makanannya khas dan harganya murah. "Rasa tehnya juga enak, biasanya dengan gula aren,"katanya. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)