Asian Games Lebih Semarak dengan Less Waste

:


Oleh Gusti Andry, Selasa, 21 Agustus 2018 | 08:04 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K



Bandung, InfoPublik - Less Waste More Games. Inilah tagline yang coba ditanamkan ke dalam kepala panitia, atlet, maupun pengunjung Asian Games 2018.
Namun, tak mudah mengimplementasikan di lapangan. “Tetap saja kami harus datang lebih awal dan pulang paling akhir untuk membersihkan berbagai sampah,” ujar Thomas Hidayat Kurniawan, mitra kerja Departemen Lingkungan Hidup Inasgoc dan Relawan.
Ditemui di sela-sela pertandingan kesebelasan UEA vs China di Stadion Jalak Harupat, Minggu (19/8) malam, Thomas tengah memberi arahan kepada para relawan sampah dan petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung.
Ia menjelaskan tentang gerakan Less Waste More Games, yakni kampanye kepada panitia, atlet, dan pengunjung tentang beberapa hal penting. Pertama, memberi arahan membuang dan memilah sampah dalam lima tempat sampah berbeda. Yakni, sampah sisa makanan (warna hijau), yang bisa didaur ulang (orange), kertas dan kardus (biru), tidak dapat didaur ulang (merah), dan limbah medis (kuning).
Kedua, memberi arahan pengunjung untuk memperkecil volume sampah dengan memelintir botol plastik dan memipihkan sampah berbahas kertas.
Ketiga, menegur secara halus agar pengunjung jangan membuang sampah sembarangan. “Tapi inilah susahnya, kalau kesadaran itu belum muncul dari diri sendiri,” keluh Thomas sembari mengajak InfoPublik untuk ikut menyisir podium timur stadion saat dua kesebelasan tengah bertanding.
Keempat, tambah Thomas, mengajak pengunjung untuk memungut sampah di sekitar tempat duduk saat jeda pertandingan.
Sebenarnya, ungkap alumni Institut Pertanian Bogor ini, tim konsultan sampah sudah mulai mengobservasi sejumlah venue tiga bulan sebelum Asian Games digelar. Ia kebetulan diserahi tanggungjawab senagai koordinator di Subang, Majalengka, dan Bandung. Tak sia-sia ia berkunjung jauh hari sebelum event. “Pertama saya datang ke Jalak Harupat, TPS-nya tidak berfungsi. Lalu kami benahi, kami cat, tempat sampah sekitar stadion yang tadinya tak sampai 10, kami tambah jadi 40-an,” urai pria berkacamata ini sambil sesekali memungut bekas plastik makanan dan memasukkannya dalam trashbag yang ditentengnya.
Bila mendapati ada sesiapapun yang menenteng kantong kresek, ia dan pasukannya berupaya meminta secara sopan agar mau ditukar dengan tas yang bisa dibawa pulang. Begitu juga dengan botol minuman, imbaunya, bawalah dari rumah. Atau, kalau memang membawa botol plastik, jangan gunakan sekali pakai lalu buang. Isi ulanglah air minum itu lg.
Namun kembali, pihaknya hanya bisa mengimbau. Upaya yang kadang sumir saat mendapati banyaknya pihak sponsor yang menargetkan penjualan mereka. Ibarat patah tumbuh hillang berganti, tiap sampah dipungut, selalu saja ada lagi dan lagi, entah itu botol plastik, bungkus jajanan, kantong kresek dan lain-lain.
“Harus ada exit strategy pasca Asian Games usai, misalnya kebiasaan positif memilah sampah berlanjut dan TPS selalu aktif. Masalah sampah ini adalah masalah idealisme, karena sampah sudah membawa masalah dimana-mana,” pungkas Thomas.