Siaran Pers: Presiden Jokowi Mengajak Negara Peserta Pertemuan Tahunan IMF-WBG untuk Berkolaborasi

:


Oleh Irvina Falah, Jumat, 12 Oktober 2018 | 16:43 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 504


Nusa Dua, Bali – Sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WBG Tahun 2018, Indonesia menikmati berbagai keuntungan: mulai dari transfer ilmu pengetahuan, investasi dan perdagangan, pariwisata, dan meningkatkan kepemimpinan Indonesia di forum global; sampai kepada peningkatan devisa dan keuntungan jangka pendek sebesar Rp5,9 triliun selama pertemuan ini berlangsung. Pertemuan ini dikunjungi dan dihadiri oleh sekitar 36.000 orang yang sebagian besar berasal dari pihak swasta yang menyediakan transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, termasuk pariwisata alam dan budaya. 

Dalam pertemuan tahunan ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyatakan bahwa saat ini negara-negata di dunia perlu menyadari bahwa mereka mengemban tanggung jawab bersama. Tantangan terbesar saat ini adalah kemiskinan, ketimpangan, perubahan iklim, kekerasan, kerentanan sosial, dan juga kesiapsiagaan bencana dan upaya pemulihan. Hal-hal ini menuntut adanya respon dari seluruh dunia dan kolaborasi yang lebih baik.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyatakan, “Kita harus berupaya agar ekonomi dapat tumbuh secara inklusif, dan normalisasi pengaturan kebijakan oleh negara-negara ekonomi maju dikomunikasikan dan diimplementasikan tepat waktu dengan kerugian minimal.”

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan bahwa dunia kerja berubah dengan cepat. “Kita tidak tahu pekerjaan apa yang akan diminati anak-anak sekolah jaman sekarang karena bidang pekerjaan tersebut belum ada saat ini. Tantangan besar saat ini adalah untuk melengkapi mereka dengan kemampuan mereka butuhkan, tidak peduli seperti apa dunia pekerjaan di masa depan, misalnya kemampuan untuk memecahkan masalah, berpikir kritis; serta kemampuan interpersonal seperti berempati dan berkolaborasi. Dengan mengukur setiap negara berdasarkan seberapa baik negara tersebut berinvestasi pada warganya, kami bermaksud membantu pemerintah untuk mengambil langkah aktif demi mempersiapkan warga mereka untuk bersaing di masa depan.”

Dalam pernyataan persnya, Presiden Bank Dunia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh dengan kuat dan menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam upayanya memberantas kemiskinan ekstrim.

“Tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran dan tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam,” dikutip dari sambutan Presiden RI hari ini (Jumat, 12/10).

IMF juga menyelenggarakan acara pendukung selain sesi pleno, yang melengkapi acara inti Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 yang mengambil tema Ekonomi Global. Sementara itu, World Bank Group menyelenggarakan acara yang mengangkat isu sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, termasuk urbanisasi, pajak, dan ketimpangan. Selain itu, diadakan juga acara-acara yang membahas bagaimana teknologi rekanan dapat memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan, bagaimana mencapai SDGs (Sustainable Development Goals), serta isu-isu kewilayahan, serta ekonomi digital.

Catatan untuk Editor:

IMF juga menyelenggarakan acara pendukung selain sesi pleno, yang melengkapi acara inti Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 yang mengambil tema Ekonomi Global, diantaranya wanita dan pemuda di dunia kerja, bagaimana kebijakan dapat membantuk kemajuan pencapaian SDGs, perlindungan sosial, masa depan dunia kerja dan keuangan, serta bagaimana Perdagangan Global dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperkenalkan Agenda Ekonomi digital.

World Bank Group menyelenggarakan acara yang membahas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, termasuk urbanisasi, perpajakan dan ketimpangan. Selain itu, diadakan juga acara-acara yang membahas bagaimana teknologi rekanan dapat memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan, bagaimana mencapai SDGs (Sustainable Development Goals), serta isu-isu kewilayahan, terutama di Asia dan Afrika, bagaimana kelaparan diatasi, bagaimana membiayai pembangunan – memanfaatkan fasilitas pembiayaan global, system keuangan Syariah, ramah lingkungan dan Agenda Ekonomi Digital.

Sistem Pembiayaan internasional dapat diperkuat dengan normalisasi kebijakan moneter diantara negara maju, mengatasi tantangan yang dihadapi negara-negara berkembang, menyelesaikan reformasi tata kelola IMF yang sedang berjalan, dan memperkuat Global Financial Safety Net (GFSN) melalui Pengaturan Keuangan Wilayah.

Indonesia sebagai sebuah negara berkembang perlu mengembangkan cadangan kebijakan pertahanannya untuk merespon kebijakan yang dikeluarkan negara-negara maju, untuk mengurangi risiko ketimpangan perdagangan. Masalah-masalah ini akan dibahas pada pertemuan para Deputi G-20, MGM, Forum Bank Sentral BI-NY Fed , dan seminar BI-Reinventing Bretton Wood Committee (RBWC).

Joint Editors

ICOM